kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45905,81   -2,73   -0.30%
  • EMAS1.358.000 -0,37%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Begini strategi PP Properti (PPRO) mengelola lahan demi menghemat capex


Senin, 26 Agustus 2019 / 18:23 WIB
Begini strategi PP Properti (PPRO) mengelola lahan demi menghemat capex
ILUSTRASI. Paparan publik PT PP Properti Tbk (PPRO)


Reporter: Amalia Fitri | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki semester II 2019, emiten pengembang properti, PT PP Properti Tbk (PPRO, anggota indeks Kompas100) agresif membangun properti residensial berupa apartemen (highrise) dan rumah tapak (landed house).

Untuk menunjang upaya itu, emiten yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak 2015 ini melakukan aksi pengetatan pengeluaran capex dan percepatan cash in dengan menggandeng Bank Tabungan Negara (BTN).

Baca Juga: Adaro Energy (ADRO) anggarkan capex hingga US$ 600 juta

PPRO sendiri tengah tahun ini telah menambah arus modal kerja atau capex dari Rp 1 triliun menjadi Rp 1,2 triliun yang dialokasikan untuk pembangunan hotel, mengalirkan setoran modal ke anak perusahaan, membangun properti komersial seperti Kid-Zania, lalu membayar cicilan hutang pembelian lahan dari tahun sebelumnya.

"Sementara untuk meningkatkan cash in dengan suku bunga 5%, kami membuat konsumen lebih tertarik dengan KPA dibandingkan instalment. Kami menggandeng BTN untuk ini," ucap Nanang Siswanto, Direktur Independen sekaligus Direktur Pengembangan Bisnis dan HCM PPRO di BEI, Senin (26/8).

Lebih lanjut, PPRO menyampaikan aksi pengetatan penggunaan capex dilakukan dengan mengolah lahan milik sendiri (self owned) dengan membangun properti residensial seperti landed house dan highrise, serta melakukan pembangunan baru dengan sangat selektif.

Sampai tengah tahun, penyerapan capex baru sekitar Rp 40% atau sekitar Rp 400 miliar.

Baca Juga: United Tractors (UNTR) masih mencari tambang emas baru

Total lahan yang dimiliki PPRO sendiri saat ini mencapai 314 hektar, atau meningkat 4,67% dari lahan tahun lalu sekitar 300 hektar. PPRO mendiami lahan sendiri (self owned) seluas 146,6 hektar dan lahan partner seluas 153,4 hektar.

Direktur Utama PPRO, Taufik Hidayat menambahkan, di tahun 2020, pihaknya sudah punya produk properti baru di 17 lokasi di lahan sendiri.

Pihak PPRO menuturkan, keputusan agresif membangun properti residensial di lahan sendiri dipengaruhi oleh kajian dari tim pemasaran dan konsultannya sejak empat bulan terakhir.

Baca Juga: Ingin punya tol sepanjang 500 km, ASII fokus garap sektor infrastruktur

"Kami akan banyak bermain di properti residensial kisaran Rp 600 - Rp 900 juta di lahan sendiri. Sementara di lahan berpartner, kami menggandeng pihak yang sudah profesional membangun landed house. Kerjasama bersifat joint venture dengan ahlinya ini, bisa menghemat waktu pembangunan yang tadinya memakan 5-10 tahun pembangunan," jelas Direktur Utama PPRO, Taufik Hidayat di BEI, Jakarta, Senin (26/8).

Sementara untuk pengelolaan properti tipe high end, PPRO sendiri memiliki beberapa tower andalan di Surabaya, seperti Grand Samaya dan Grand Sungkono Lagoon (GSL) yang nilainya dibanderol di kisaran Rp 700 miliar sampai Rp 1 triliun.

Baca Juga: Butuh dana, Perusahaan Gas Negara (PGAS) mengkaji rencana penerbitan obligasi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×