Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Korea Selatan menaruh minat besar terhadap Indonesia sebagai pangsa pasarnya di Asia. Salah satu yang dibidik adalah pasar kosmetik dan skincare. Tentu ini menjadi tantangan bagi pelaku industri lokal.
Meski demikian, sejumlah pelaku industri mengakui tekanan di industri kecantikan tidak hanya lagi dari produk impor Korea. Tapi juga geliat bisnis kosmetik dalam negeri yang semakin cemerlang dari tahun ke tahun.
Baca Juga: Penjualan Mandom Indonesia (TCID) naik 5,6% sepanjang 2019
Sekretaris Perusahaan PT Martina Berto Tbk (MBTO) Muhammad Shabri menyatakan kalau berbicara tekanan akibat impor kosmetik yang terutama dari Korea sama halnya berbicara tentang tekanan dari produk kompetitor yang relatif sama.
"Sehingga Martha Tilaar menyikapinya sama halnya dengan menghadapi kompetitor dalam negeri. MBTO akan lebih meningkatkan penjualan dan lebih meningkatkan brand awareness kepada terutama kalangan muda," jelasnya kepada Kontan.co.id,
Shabri menjelaskan lebih lanjut, sebagai upaya untuk menghadapi gempuran impor tersebut maka Martina Berto selalu melakukan pembenahan tingkat stok di pasar sehingga terjadi kesesuaian antara produksi, stok di gudang, dan permintaan pasar. Titik lemah produk kosmetik korea bahkan sudah dilihat oleh PT Johnson & Johson Indonesia.