Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Yudho Winarto
Rani menjelaskan, di saat awal pandemi, pihaknya sudah mendirikan rumah sakit tenda yang besar dengan tempat perawatan dan dibangun dengan fasilitas heating, ventilation, and air conditioning (HVAC). Jadi ada ruangan terisolasi dan sirkulasi udara diperhatikan.
Namun, pada saat itu tidak begitu banyak pasien yang dirawat di tenda karena masih merasa asing. Akibatnya banyak pasien mengantre di layanan IGD, rawat jalan, dan berbagai tempat lainnya.
Akhirnya, rumah sakit tenda tetap berfungsi terutama untuk pasien-pasien yang harus menjalani rawat inap dan belum ada kepastian mengenai hasil testing.
Baca Juga: Rumah sakit Eka Hospital alami lonjakan permintaan tes PCR sampai 100%
Jadi pasien harus dilokalisir sampai dapat kepastian apakah pasien tersebut positif Covid-19 atau tidak sehingga ketika hasilnya negatif bisa dirawat di kamar biasa.
Ketiga, kerja sama antara pihak dalam membuat kebijakan. Rina mengatakan, diperlukan kerja sama antara pengelola fasilitas layanan kesehatan, pembuat kebijakan, dan pihak ahli.
Dalam hal ini, pihak ahli akan berjalan beriringan dengan pembuat kebijakan dalam menentukan arah kebijakan yang terbaik di masa pandemi. Pasalnya, virus dan penanganan pandemi berkembang dengan cepat.
Keempat, pasokan obat-obatan dan alat kesehatan. Rina berpesan, produksi dan distribusi hal-hal yang terkait dengan penanggulangan pandemi harus dilaksanakan dalam tempo yang cepat supaya kondisi genting dapat teratasi.
Perkuat layanan kesehatan
Setelah mengevaluasi sejumlah hal-hal yang terjadi di atas, Eka Hospital Group telah menyiapkan sejumlah strategi agar pihaknya dapat lebih matang menghadapi kondisi yang sama di masa mendatang.
Rina memaparkan, Eka Hospital akan menambah kapasitas tempat tidur baik untuk pasien infeksius dan non-infeksius. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan di Januari 2020, hanya tersedia 321.544 tempat tidur untuk 270 juta populasi artinya 1,2 bed/ 1.000 populasi.