Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. PT Bentoel Internasional Investama Tbk memperkuat bisnis anak perusahaan yang bergerak di bidang kemasan. Penguatan bisnis anak usaha ini mereka lakukan dengan cara menambah modal baru agar bisnis anak usaha bisa moncer dan banyak menyumbang laba.
Adapun entitas bisnis yang akan mendapatkan suntikan dana tersebut adalah PT Bintang Pesona Jagat (BPJ) yang bergerak di bisnis kemasan rokok. Penambahan modal BPJ oleh emiten berkode saham RMBA di Bursa Efek Indonesia tersebut dilakukan lewat entitas anak usahanya PT Bentoel Prima (BP).
Selain untuk kepentingan diversifikasi bisnis, penguatan bisnis kemasan rokok bermanfaat bagi kinerja grup. "Kami melakukan untuk mendukung kegiatan usaha serta mengoptimalkan sumber daya dan aset yang dimiliki Bentoel Group secara keseluruhan," terang Mercy Fransisca, Sekretaris Perusahaan PT Bentoel Internasional Investama Tbk saat dihubungi KONTAN, Senin (25/7).
Untuk menyuntikkan modal baru ini, RMBA lewat BP menyetorkan modal ke BPJ dalam bentuk saham baru Rp 114,27 miliar. Nah, seluruh saham baru ini diambil penuh oleh BP dengan cara melakukan penyetoran aset BP.
Untuk penyetoran modal baru tersebut, pihak BP dan BPJ telah membuat akta kesepakatan berupa akta notaris tertanggal 30 Juni 2016 lalu. Mercy menjelaskan, penguatan bisnis kemasan mereka lakukan karena bisnis rokok mengalami stagnasi dalam dua tahun terakhir.
Menurut Mercy, ada beberapa faktor yang membuat bisnis rokok tertekan. Pertama, kenaikan tarif cukai yang dianggap terlalu tinggi dalam dua tahun terakhir. Kedua banyaknya regulasi yang kontra produktif terhadap perkembangan industri rokok.
Ketiga, kondisi ekonomi makro Indonesia yang tidak sebaik tahun-tahun sebelumnya, dan terakhir melemahnya daya beli konsumen. Oleh karena itu, manajemen RMBA berharap, tahun ini para pengambil keputusan berhati-hati menaikkan tarif cukai rokok agar industri rokok bisa tumbuh. "Industri rokok ini memerlukan situasi yang kondusif agar bisa tumbuh kembali," jelas Mercy.
Yang jelas, ancaman kenaikan tarif cukai rokok merupakan tantangan tahunan yang rutin dihadapi produsen rokok. Untuk menghadapi masalah kenaikan cukai tersebut, Mercy bilang, manajemen RMBA berhati-hati membuat keputusan. Salah satunya adalah berhati-hati menaikkan harga jual rokok.
Sebab, kenaikan harga rokok berisiko pada menurunnya daya beli konsumen. "Kami mempertimbangkan kondisi pasar, ada batas toleransi konsumen terhadap perubahan harga, kompetisi dan aspek profitabilitas," tambah Mercy.
Produk baru
Meski memiliki tantangan bisnis cukup berat tahun ini, RMBA masih punya peluang tumbuh. Ini merujuk hasil riset Mandiri Sekuritas Juli 2016, RMBA diprediksi bisa tumbuh bulanan atau month on month (MoM) terkuat dibanding kompetitornya.
Pertumbuhan bulanan RMBA tersebut tercatat 1,7% di bulan Juli 2016. Usut punya usut, pertumbuhan tersebut terjadi berkat kehadiran produk rokok baru yang mereka luncurkan di pertengahan tahun, yaitu Lucky Strike Mild 16. Pada bulan Juli 2016, pertumbuhan mencapai 1,9% ketimbang bulan sebelumnya.
Dalam riset tersebut, produk baru RMBA diperkirakan akan menarik perhatian perokok, karena brand dan harga yang kompetitif. "Dalam memenuhi ekspektasi dan preferensi konsumen, strategi kami adalah terus berinvestasi pada pengembangan produk," kata Mercy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News