Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) bekerjasama Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB) petani yang bergabung dalam sebuah kemitraan memiliki pendapatan lebih tinggi dari mereka yang tidak bermitra (non mitra).
Kajian ini diharapkan bisa menjadi pertimbangan dalam meningkatkan pendapatan petani tembakau di Indonesia.
Baca Juga: Asosiasi petani tembakau sebut industri rokok elektrik dapat membantu petani tembakau
Ketua Umum APTI Soeseno mengatakan, selama ini manfaat dari kemitraan antara petani dengan pabrikan belum dinikmati secara merata oleh semua petani tembakau.
Meskipun faktor penentu keberhasilan bentuk kemitraan yang cocok untuk setiap daerah berbeda-beda, namun secara umum melalui penelitian yang dilakukan IPB, pihaknya melihat kemitraan menjadi salah satu bentuk kerjasama yang menguntungkan petani dari segi produktifitas yang berkualitas dan tentunya pendapatan petani.
Menurut Suseno, selama ini terdapat banyak perbedaan interpretasi tentang kemitraan sektor tembakau antara kementerian dan Lembaga, juga para dinas di pemerintah daerah.
Baca Juga: Petani sebut revisi PP 109/2012 hancurkan sektor industri hasil tembakau
Ia bilang, mereka berharap hasil penelitian ini dapat mengurai benang kusut tentang perlu atau tidaknya program kemitraan bagi petani tembakau.
"Saya sebagai petani tembakau telah merasakan manfaat dari mengikuti program kemitraan. Dengan kehadiran hasil studi ini maka kami berharap ini menjadi bukti bahwa program kemitraan merupakan salah satu kunci peningkatan kesejahteraan petani” ujar, Soeseno, Jumat (17/1).
Soeseno menegaskan, salah satu solusi agar petani tembakau bisa meningkatkan kapasitas dan kualitas tembakaunya, adalah melalui kemitraan. Bukan melalui pembatasan import tembakau karena itu tidak tepat.
Pada kenyataannya saat ini produksi tembakau nasional hanya mampu memenuhi setengah dari kebutuhan industri setiap tahunnya, untuk itu menjadi peer bersama untuk meningkatkan jumlah kemitraan petani.
Baca Juga: Dampak Cukai Rokok Naik, dari Potensi PHK hingga Petani Tembakau ditekan Pedagang
Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB, Nunung Nuryartono, mengatakan, selain melakukan pengukuran faktor peningkatan kesejahteraan petani, team peneliti IPB juga meneliti bentuk-bentuk kemitraan yang ada untuk menghasilkan rekomendasi kepada Pemerintah.
“Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggali lebih dalam mengenai skema kemitraan serta menuai pelajaran dari keberhasilan tersebut untuk kami rumuskan sebagai rekomendasi skema kemitraan kepada pemerintah," ujar Nunung.
Baca Juga: Kenaikan cukai rokok memicu protes dari kalangan petani tembakau
Sementara itu, Danang Girindrawardana, Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyambut baik inisiatif APTI dan IPB untuk melaksanakan studi.
Ia bilang, keterlibatan dan kerjasama seluruh pemangku kepentingan mulai dari hulu ke hilir, termasuk petani, pengusaha dan pemerintah, sangat diperlukan untuk memastikan keberlangsungan suatu industri agro.
"Sebagai pengusaha, kepastian hukum dan dukungan pemerintah juga masyarakat sangat diperlukan agar industri dapat terus bertumbuh serta mampu terus berkontribusi bagi pembangunan nasional” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News