Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Berdikari salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang fokus dalam bidang peternakan, akan segera memasuki bisnis perunggasan secara terintegrasi. Keikutsertaan BUMN dalam bisnis perunggasan ini merupakan salah satu upaya untuk menjaga stabilisasi pangan, khususnya daging unggas.
Meski begitu, Direktur Utama PT Berdikari, Eko Taufik Wibowo mengatakan, dalam memulai bisnis perunggasan ini, Berdikari sangat membutuhkan dukungan pemerintah, khususnya Kementerian Pertanian dan kementerian terkait seperti kementerian BUMN dan Kementerian Perdagangan.
Bentuk dukungan tersebut bisa berupa percepatan izin serta permodalan yang lebih kuat. "Sampai saat ini modal Berdikari masih negatif sehingga perlu dukungan tambahan modal untuk bisa bergerak lebih optimal dalam menjalankan bisnis," ujar Eko kepada Kontan.co.id, Selasa (7/11).
Menurut Eko, sampai saat ini seluruh dana masih ditanggung oleh Berdikari sehingga seluruh prosesnya masih berjalan dengan lambat. Dia bilang, untuk meringankan beban yang ditanggung, Berdikari menjalin kemitraan dengan swasta atau sesama BUMN seperti PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI).
Untuk bisnis perunggasan ini, diperkirakan total dana yang harus dikeluarkan Rp 500 miliar. Dana ini mulai dari masa konstruksi hingga tahap penyelesaian dalam jangka waktu 2,5 tahun. Sementara, dalam tahap awal dana yang sudah dikeluarkan Rp 20 miliar. "Untuk sumber pendanaan masih dari Berdikari. Kalau dari Berdikari dan RNI pasti tidak cukup. Nantinya akan ada sumber pinjaman dari perbankan juga," tutur Eko.
Sementara itu Eko mengatakan, sampai saat ini Berdikari masih dalam tahapan finalisasi perizinan impor bibit indukan ayam (GPS) sebanyak 35.000 ekor. Padahal, awalnya Eko menargetkan proses impor sudah bisa dilakukan pada Oktober hingga November. Meski begitu, Eko berharap finalisasi perizinan impor GPS ini akan berjalan lancar sehingga impor dapat dilakukan pada Desember mendatang.
Setelah proses impor ini selesai, Berdikari akan fokus dalam sisi hilir dimana akan dimulai tahapan pembangunan peternakan terintegrasi termasuk pabrik pakan dan rumah potong unggas melalui anak perusahaan Berdikari dan RNI. Kedua BUMN ini baru saja selesai melakukan kajian Feasibility Study (FS) terkait pembangunan peternakan terintegrasi ini. Eko berharap tahapan pembangunan ini akan dimulai pada triwulan 1 2018.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News