Reporter: Muhammad Julian | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) berniat mengakuisisi 100% saham yang ada di PT Mandau Cipta Tenaga Nusantara (MCTN). Rencananya, perusahaan setrum pelat merah tersebut bakal mengandalkan kas internalnya dalam mendanai rencana transaksi tersebut.
Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PLN Bob Saril memastikan, PLN memiliki kesiapan dana internal untuk melangsungkan rencana transaksi akuisisi saham MCTN. Hanya saja, ia tidak mengungkap berapa kisaran dana yang disiapkan untuk transaksi ini.
“InsyaAllah (dana) siap, ini bagian kita dalam meningkatkan pelayanan sekaligus growth,” ujar Bob kepada Kontan.co.id, Rabu (23/6).
Baca Juga: Bakal masuk RUPTL 2021-2030, begini perkembangan 15 proyek PLTSa
Mengintip laporan keuangan tahunan PLN yang telah diaudit, PLN tercatat memiliki kas dan setara kas akhir tahun sebesar Rp 54,73 triliun per 31 Desember 2020 lalu. Angka tersebut naik 17,46% dibanding posisi kas dan setara kas awal tahun PLN tahun buku 2020 yang sebesar Rp 46,59 triliun.
MCTN merupakan perusahaan pemilik aset pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU) North Duri Cogeneration (NDC) yang saat ini digunakan untuk memasok Blok Rokan, wilayah kerja yang dikelola oleh Chevron Pacific Indonesia (CPI) hingga 8 Agustus 2021 mendatang.
Sebanyak 95% kepemilikan sahamnya dimiliki oleh Chevron Standard Limited (CSL). Belum ketahuan berapa total nilai aset MCTN maupun harga penawaran yang bakal ditawarkan dalam transaksi akuisisi MCTN kelak semisal transaksi ini benar terjadi.
Merujuk kepada pemberitaan Kontan.co.id sebelumnya (22/6), PLN tengah melakukan negosiasi dengan CSL langsung dan sudah berhasil capai kesepakatan-kesepakatan pada bunyi pasal-pasal conditional share purchase agreement (CSPA).
Kalau berjalan sesuai rencana, kelak tahapan ini bakal dilanjutkan dengan penandatanganan share purchasing agreement. Kepastian akan transaksi akuisisi ini diperkirakan akan sudah bisa diketahui pada akhir Juni 2021 ini.
Pengamat Ekonomi Energi Universitas Padjajaran Yayan Satyaki menduga, prospek pemulihan industri pasca krisis pandemi Covid-19 membuat PLN optimistis bisa mencatatkan pendapatan yang baik dan berani melangsungkan akuisisi.
Terlebih, return on investment (RoI) untuk investasi energi listrik, lanjut Yayan, biasanya memiliki prospek yang baik.
Baca Juga: PLN beli listrik dari pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) Solo Rp 1.800 per kWh
“Kita lihat dengan pulihnya negara maju karena vaccine rollout yang cepat memungkinkan barang-barang impor (ke negara maju) dari negara Indonesia akan tinggi sehingga akan meningkatnya produktivitas industri manufaktur dan kebutuhan akan energi listrik ke depan, dan kita lihat pertumbuhan industri setiap pasca krisis itu bisa meningkat sangat signifikan,” terang Yayan.
Sedikit informasi, mengutip laporan keuangan tahunan PLN yang telah diaudit, PLN mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp 274,9 triliun di tahun 2020, turun tipis 0,42% dibanding realisasi pendapatan usaha PLN di tahun 2019 yang mencapai Rp 276,06 triliun.
Meski begitu, laba bersih PLN tercatat mengalami kenaikan dari semula Rp 4,3 Triliun di tahun 2019 menjadi sebesar Rp 5,9 Triliun pada tahun 2020.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News