kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.321.000   -16.000   -0,68%
  • USD/IDR 16.675   65,00   0,39%
  • IDX 8.274   121,80   1,49%
  • KOMPAS100 1.150   20,83   1,85%
  • LQ45 828   21,81   2,70%
  • ISSI 292   3,80   1,32%
  • IDX30 433   11,22   2,66%
  • IDXHIDIV20 495   13,50   2,81%
  • IDX80 128   2,92   2,34%
  • IDXV30 137   2,82   2,10%
  • IDXQ30 138   3,59   2,67%

Beri Bocoran Mobil Nasional, Menparin : Sudah Ditampilkan ke publik dalam GIIAS


Kamis, 23 Oktober 2025 / 18:15 WIB
Beri Bocoran Mobil Nasional, Menparin : Sudah Ditampilkan ke publik dalam GIIAS
ILUSTRASI. Wacana Mobil Nasional (Mobnas) kembali mengemuka pasca Presiden Prabowo Subianto menargetkan Indonesia akan bisa memproduksi Mobnas dalam tiga tahun ke depan. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengusulkan agar Mobnas menjadi Proyek Strategis Nasional (PSN).


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wacana Mobil Nasional (Mobnas) kembali mengemuka pasca Presiden Prabowo Subianto menargetkan Indonesia akan bisa memproduksi Mobnas dalam tiga tahun ke depan.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengusulkan agar Mobnas menjadi Proyek Strategis Nasional (PSN). Menurutnya, status PSN bisa membuat pelaksanaan proyek mulai dari tahap persiapan hingga produksi Mobnas menjadi lebih cepat.

"Dengan penetapan status PSN itu seharusnya semua hal yang berkaitan dengan persiapan, implementasi sampai nanti commissioning bisa lebih cepat, sesuai dengan harapan dari Presiden," kata Agus saat ditemui selepas mengisi acara Kumparan AI For Indonesia 2025, Kamis (23/10/2025).

Ia mengungkapkan pada pekan lalu Kementerian Perindustrian sudah menyampaikan usulan secara resmi kepada Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) supaya proyek Mobnas menjadi PSN. Sebab, saat ini kewenangan untuk menetapkan PSN hingga Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) sudah beralih dari Kementerian Koordinator Bidang Ekonomi ke Bappenas.

"Minggu lalu, saya sudah tanda tangan surat, yang ditujukan kepada Menteri Bappenas. Usulan saya, Bappenas bisa menetapkan proyek mobil nasional yang menjadi garis kebijakan Presiden itu bisa dijalankan atau ditetapkan statusnya menjadi PSN," ungkap Agus.

Baca Juga: Mobil Nasional Dinilai Bisa Jadi Peluang Bangun Ekosistem Industri Otomotif Lokal

Agus memastikan ekosistem industri siap untuk mendukung produksi Mobnas. Dia pun mengaku sudah melakukan pembicaraan dengan pelaku industri terkait dengan proyek Mobnas ini. "Industrinya sudah siap, saya juga sudah bicara," imbuh Agus.

Hanya saja, Agus belum membeberkan terkait dengan peta jalan (roadmap), kapasitas produksi maupun merek atau pabrikan mana yang secara resmi akan terlibat dalam proyek Mobnas ini. Ia hanya memberikan gambaran bahwa prototipe mobil nasional sudah pernah dipamerkan dalam ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025 pada 24 Juli - 3 Agustus 2025 lalu.

"Merek-nya sudah ada, dan perusahaannya saya sudah bertemu, tapi mungkin saya tidak bisa buka menyampaikan sekarang ke publik. Semuanya sudah siap. Saya sudah lihat (mobil-nya). Jadi calon Mobnas yang kemarin disampaikan Presiden dalam Rapat Paripurna Kabinet sebetulnya sudah ditampilkan ke publik dalam GIIAS," tandas Agus.

Baca Juga: Ini Deretan Proyek Mobil Nasional Indonesia: Dari Timor hingga Esemka

Respon pasar

Ketua Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie Sugiarto menyatakan bahwa pihaknya siap mendukung proyek mobil nasional ini. Hanya saja, pelaku industri masih menanti detail kebijakan dari pemerintah.

"Kami Gaikindo mendukung program pemerintah mengenai mobil Indonesia ini. Tapi sebaiknya kita tunggu peraturan dan persyaratannya dulu saja," kata Jongkie kepada Kontan.co.id, Rabu (23/10/2025).

Dihubungi terpisah, Gabungan Industri Alat Mobil dan Motor (GIAMM) berharap ambisi pemerintah untuk memiliki mobil nasional bisa mendongkrak industri komponen lokal. Sekretaris Jenderal GIAMM Rachmad Basuki menekankan perlunya dukungan pemerintah untuk  menumbuhkan kembali pasar otomotif di dalam negeri. 

Rachmad berharap target pemerintah untuk memiliki mobil nasional bisa benar-benar terealisasi. Dengan begitu, tingkat utilisasi produksi maupun keberlanjutan bisnis pelaku industri komponen lokal bisa tetap terjaga.

"Concern kami bagaimana menjaga kapasitas terpasang dengan berbagai macam usaha seperti ekspor. Kalau mobil nasional terealisasi dan bisa menambah output industri komponen, kami bersyukur," ujar Rachmad.

Peneliti Senior Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat - Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM - FEB UI), Riyanto, mengingatkan keberhasilan proyek Mobnas akan sangat ditentukan oleh desain kebijakan industri yang realistis, tata kelola dan roadmap yang jelas, serta kemitraan yang inklusif dengan ekosistem pemasok. 

Jika tanpa desain yang hati-hati, proyek ini bisa membawa risiko crowding out terhadap merek yang sudah berinvestasi.

"Jika proyek mobil nasional masuk PSN, pastikan governance ketat, target realistis, dan tidak distorsif terhadap pelaku yang sudah berinvestasi," tegasnya.

Baca Juga: GIAMM Harap Ambisi Mobil Nasional Bisa Dongkrak Industri Komponen Lokal

Riyanto menyarankan agar proyek Mobnas tidak hanya fokus pada satu pabrikan. Dus, perlu ada kolaborasi untuk tetap menumbuhkan iklim investasi dan kompetisi yang sehat. Riyanto mendorong adanya platform sharing dengan Original Equipment Manufacturer (OEM) yang sudah berproduksi di Indonesia.

Ia menekankan agar proyek mobil nasional bukan sekadar "ganti merek" atau rebadge.

"Pastikan yang dimaksud “mobil nasional” adalah industrial policy yang menguatkan basis pemasok domestik, dengan milestones lokalisasi yang terukur serta sunset clause insentif," tegas Riyanto.

Sementara itu, Pakar Otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu melihat proyek Mobnas berpotensi menjadi katalisator reindustrialisasi, dengan penekanan pada produk seperti "Maung" MV3 dari PT Pindad (Persero) yang bisa mendukung keperluan militer dan sipil. Dia menyarankan ada pengembangan varian yang lebih beragam pada produk "Maung" untuk keperluan militer, Polisi, serta instansi sipil hingga ke level pemerintahan kota.

"Sebagai jangkar permintaan yang stabil dan terkendali, sebelum ekspansi ke kendaraan massal dan komersial dengan persaingan bebas yang lebih ketat dan kompleks head to head dengan  brand-brand luar yang sudah world class," kata Yannes.

Baca Juga: Catatan LPEM UI Soal Proyek Mobil Nasional, Singgung Timor Hingga Esemka

Yannes memproyeksikan kebutuhan pemerintah tersebut berpotensi menjamin volume produksi  awal sekitar 10.000 - 20.000 unit per tahun. Langkah ini bisa dijalankan sembari membangun rantai pasok domestik dan meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) hingga 50%-60%.

"Fokus pada segmen market ini juga meminimalkan risiko pasar. Memungkinkan pengujian kualitas, keandalan, dan layanan purna jual di lingkungan terkendali, sebelum diluncurkan ke segmen massal bagi umum," imbuhnya.

Di sisi yang lain, Yannes mengingatkan proyek-proyek Mobnas sebelumnya yang gagal berkembang. Contohnya Timor yang gagal karena intervensi pemerintah yang eksklusif secara berlebih, sekaligus dihantam oleh negara-negara maju yang memasarkan brand-nya di Indonesia lewat aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Kemudian, ada Bimantara yang terbentur krisis ekonomi dan ketergantungan impor komponen dari Korea Selatan. Yannes juga menyoroti re-badge di proyek Esemka yang kurang riet pasar mendalam, serta bobot politisnya yang tinggi.

"Proyek mobil nasional kali ini harus dirancang sebagai agenda industri strategis jangka panjang dengan fondasi industri komponen dalam negeri dan model bisnis yang kuat," tegas Yannes.

Menurut Yannes, perlu ada konsorsium nasional untuk membangun mobnas kali ini. Konsorsium itu melibatkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seperti PT Pindad, swasta yang kompeten dan telah berpengalaman, serta perguruan tinggi untuk mengintegrasikan riset, desain dan manufaktur.

"Setiap kolaborasi internasional harus berbasis transfer teknologi inti yang mengikat, bukan sekadar perakitan. Kemudian, harus ada pembangunan masif industri komponen inti kendaraan dengan TKDN riil mencapai 80%-an dalam 5 tahun kedepan," tandas Yannes.

Selanjutnya: Kinerja Adhi Karya (ADHI) Diproyeksikan Melambat, Ini Rekomendasi Analis

Menarik Dibaca: 8 Rahasia Desainer Membuat Kamar Tidur Kecil Terasa Mewah dan Lapang

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Video Terkait



TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×