kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.310.000   -177.000   -7,12%
  • USD/IDR 16.605   -5,00   -0,03%
  • IDX 8.153   -85,53   -1,04%
  • KOMPAS100 1.129   -15,68   -1,37%
  • LQ45 806   -13,59   -1,66%
  • ISSI 288   -1,98   -0,68%
  • IDX30 422   -6,44   -1,50%
  • IDXHIDIV20 481   -5,50   -1,13%
  • IDX80 125   -1,86   -1,47%
  • IDXV30 134   -0,30   -0,22%
  • IDXQ30 134   -1,81   -1,33%

Mobil Nasional Dinilai Bisa Jadi Peluang Bangun Ekosistem Industri Otomotif Lokal


Rabu, 22 Oktober 2025 / 20:46 WIB
Mobil Nasional Dinilai Bisa Jadi Peluang Bangun Ekosistem Industri Otomotif Lokal
ILUSTRASI. Teknisi berada di dalam kendaraan taktis Maung Versi satu saat uji coba di PT. Pindad (Persero), Bandung, Jawa Barat, Kamis (9/1/2025). ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/Spt. Presiden Prabowo Subianto menargetkan Indonesia akan bisa memproduksi mobil nasional (mobnas) dalam tiga tahun ke depan.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Prabowo Subianto menargetkan Indonesia akan bisa memproduksi mobil nasional (mobnas) dalam tiga tahun ke depan. Presiden pun ingin mobnas bisa menjadi kendaraan dinas menteri dan pejabat tinggi negara.

Seperti diketahui, Presiden Prabowo sendiri menggunakan "Maung" atau MV3 Garuda Limousine buatan PT Pindad (Persero) sebagai kendaraan dinasnya. Mobil "Maung" buatan Pindad ini pun disebut-sebut bisa menjadi prototipe pengembangan mobnas.

Pakar Otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu melihat program mobnas berpotensi menjadi katalisator reindustrialisasi, dengan penekanan pada produk seperti "Maung" MV3 yang bisa mendukung keperluan militer dan sipil. Yannes menyarankan ada pengembangan varian yang lebih beragam pada produk "Maung" untuk keperluan militer, Polisi, serta instansi sipil hingga ke level pemerintahan kota.

Baca Juga: Pemerintah Perkuat Ekosistem Udang Hadapi Tantangan Tarif dan Isu Radioaktif

Sambil melakukan Quality Assurance (QA) dan Quality Control (QC) yang ketat, pada tahap awal mobnas bisa difokuskan untuk memenuhi kebutuhan pemerintah. "Sebagai jangkar permintaan yang stabil dan terkendali, sebelum ekspansi ke kendaraan massal dan komersial dengan persaingan bebas yang lebih ketat dan kompleks head to head dengan  brand-brand luar yang sudah world class," kata Yannes kepada Kontan.co.id, Rabu (22/10/2025). 

Yannes memproyeksikan kebutuhan pemerintah tersebut berpotensi menjamin volume produksi  awal sekitar 10.000 - 20.000 unit per tahun. Langkah ini bisa dijalankan sembari membangun rantai pasok domestik dan meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) hingga 50%-60%.

"Fokus pada segmen market ini juga meminimalkan risiko pasar. Memungkinkan pengujian kualitas, keandalan, dan layanan purna jual di lingkungan terkendali, sebelum diluncurkan ke segmen massal bagi umum," imbuh Yannes.

Secara teori, ambisi pemerintah untuk memiliki mobil nasional bisa membawa dampak signifikan yang mendongkrak ekosistem industri otomotif di Indonesia. Hanya saja, Yannes mengingatkan ada risiko yang juga mesti diperhitungkan oleh pemerintah.

"Jika tidak dikelola dengan baik, dampak negatifnya sangat potensial, termasuk risiko kegagalan eksekusi akibat hambatan birokrasi atau tekanan internasional," ujar Yannes.

Singgung Timor, Bimantara dan Esemka

Yannes mencontohkan proyek-proyek mobnas sebelumnya, yakni Timor yang gagal karena intervensi pemerintah yang eksklusif secara berlebih. Sekaligus dihantam oleh negara-negara maju yang memasarkan brand-nya di Indonesia lewat aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Kemudian, ada Bimantara yang terbentur krisis ekonomi dan ketergantungan impor komponen dari Korea Selatan. Yannes juga menyoroti re-badge di proyek Esemka yang kurang riset pasar mendalam, serta bobot politisnya yang tinggi.

"Proyek mobil nasional kali ini harus dirancang sebagai agenda industri strategis jangka panjang dengan fondasi industri komponen dalam negeri dan model bisnis yang kuat," tegas Yannes.

Menurut Yannes, perlu ada konsorsium nasional untuk membangun mobnas kali ini. Konsorsium itu melibatkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seperti PT Pindad, swasta yang kompeten dan telah berpengalaman, serta perguruan tinggi untuk mengintegrasikan riset, desain dan manufaktur.

"Setiap kolaborasi internasional harus berbasis transfer teknologi inti yang mengikat, bukan sekadar perakitan. Kemudian, harus ada pembangunan masif industri komponen inti kendaraan dengan TKDN riil mencapai 80%-an dalam lima tahun kedepan," tandas Yannes.

Pelaku industri otomotif pun menyatakan kesiapannya untuk mendukung program mobnas. Hanya saja, Ketua Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie Sugiarto mengungkapkan bahwa pelaku industri masih menanti rincian kebijakan pemerintah atas program mobnas ini.

"Gaikindo mendukung program pemerintah mengenai mobil nasional ini. Tetapi sebaiknya kita menunggu peraturan-peraturan dan persyaratannya terlebih dulu saja," kata Jongkie kepada Kontan.co.id, Rabu (22/10/2025).

Baca Juga: GIAMM Harap Ambisi Mobil Nasional Bisa Dongkrak Industri Komponen Lokal

Selanjutnya: Investor Global Serbu Jepang, Pemerintahan Baru Takaichi Jadi Magnet Pasar Dunia

Menarik Dibaca: Simak Pelajaran Bisnis dari Greenhope yang Ubah Singkong Jadi Solusi Dunia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×