Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Prabowo Subianto menargetkan Indonesia akan bisa memproduksi mobil nasional (mobnas) dalam tiga tahun ke depan. Presiden pun ingin mobnas bisa menjadi kendaraan dinas menteri dan pejabat tinggi negara.
Seperti diketahui, Presiden Prabowo sendiri menggunakan "Maung" atau MV3 Garuda Limousine buatan PT Pindad (Persero) sebagai kendaraan dinasnya. Mobil "Maung" buatan Pindad ini pun disebut-sebut bisa menjadi prototipe pengembangan mobnas.
Pakar Otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu melihat program mobnas berpotensi menjadi katalisator reindustrialisasi, dengan penekanan pada produk seperti "Maung" MV3 yang bisa mendukung keperluan militer dan sipil. Yannes menyarankan ada pengembangan varian yang lebih beragam pada produk "Maung" untuk keperluan militer, Polisi, serta instansi sipil hingga ke level pemerintahan kota.
Baca Juga: Pemerintah Perkuat Ekosistem Udang Hadapi Tantangan Tarif dan Isu Radioaktif
Sambil melakukan Quality Assurance (QA) dan Quality Control (QC) yang ketat, pada tahap awal mobnas bisa difokuskan untuk memenuhi kebutuhan pemerintah. "Sebagai jangkar permintaan yang stabil dan terkendali, sebelum ekspansi ke kendaraan massal dan komersial dengan persaingan bebas yang lebih ketat dan kompleks head to head dengan brand-brand luar yang sudah world class," kata Yannes kepada Kontan.co.id, Rabu (22/10/2025).
Yannes memproyeksikan kebutuhan pemerintah tersebut berpotensi menjamin volume produksi awal sekitar 10.000 - 20.000 unit per tahun. Langkah ini bisa dijalankan sembari membangun rantai pasok domestik dan meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) hingga 50%-60%.
"Fokus pada segmen market ini juga meminimalkan risiko pasar. Memungkinkan pengujian kualitas, keandalan, dan layanan purna jual di lingkungan terkendali, sebelum diluncurkan ke segmen massal bagi umum," imbuh Yannes.
Secara teori, ambisi pemerintah untuk memiliki mobil nasional bisa membawa dampak signifikan yang mendongkrak ekosistem industri otomotif di Indonesia. Hanya saja, Yannes mengingatkan ada risiko yang juga mesti diperhitungkan oleh pemerintah.
"Jika tidak dikelola dengan baik, dampak negatifnya sangat potensial, termasuk risiko kegagalan eksekusi akibat hambatan birokrasi atau tekanan internasional," ujar Yannes.
Singgung Timor, Bimantara dan Esemka
Yannes mencontohkan proyek-proyek mobnas sebelumnya, yakni Timor yang gagal karena intervensi pemerintah yang eksklusif secara berlebih. Sekaligus dihantam oleh negara-negara maju yang memasarkan brand-nya di Indonesia lewat aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Kemudian, ada Bimantara yang terbentur krisis ekonomi dan ketergantungan impor komponen dari Korea Selatan. Yannes juga menyoroti re-badge di proyek Esemka yang kurang riset pasar mendalam, serta bobot politisnya yang tinggi.
"Proyek mobil nasional kali ini harus dirancang sebagai agenda industri strategis jangka panjang dengan fondasi industri komponen dalam negeri dan model bisnis yang kuat," tegas Yannes.
Menurut Yannes, perlu ada konsorsium nasional untuk membangun mobnas kali ini. Konsorsium itu melibatkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seperti PT Pindad, swasta yang kompeten dan telah berpengalaman, serta perguruan tinggi untuk mengintegrasikan riset, desain dan manufaktur.
"Setiap kolaborasi internasional harus berbasis transfer teknologi inti yang mengikat, bukan sekadar perakitan. Kemudian, harus ada pembangunan masif industri komponen inti kendaraan dengan TKDN riil mencapai 80%-an dalam lima tahun kedepan," tandas Yannes.
Pelaku industri otomotif pun menyatakan kesiapannya untuk mendukung program mobnas. Hanya saja, Ketua Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie Sugiarto mengungkapkan bahwa pelaku industri masih menanti rincian kebijakan pemerintah atas program mobnas ini.
"Gaikindo mendukung program pemerintah mengenai mobil nasional ini. Tetapi sebaiknya kita menunggu peraturan-peraturan dan persyaratannya terlebih dulu saja," kata Jongkie kepada Kontan.co.id, Rabu (22/10/2025).
Baca Juga: GIAMM Harap Ambisi Mobil Nasional Bisa Dongkrak Industri Komponen Lokal
Selanjutnya: Investor Global Serbu Jepang, Pemerintahan Baru Takaichi Jadi Magnet Pasar Dunia
Menarik Dibaca: Simak Pelajaran Bisnis dari Greenhope yang Ubah Singkong Jadi Solusi Dunia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News