Reporter: Ahmad Febrian | Editor: Ahmad Febrian
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah persaingan bisnis digital yang semakin ketat, pengusaha usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) harus terus beradaptasi. Caranya, memanfaatkan strategi penjualan.
Salah satu perubahan menarik dalam cara penjualmenjalankan bisnis online kini mulai terlihat. Komponen biaya di e-commerce tidak lagi dianggap sebagai beban, melainkan sebagai investasi yang bisa meningkatkan angka penjualan.
Hal itu terungkap dalam hasil riset Katadata Insight Center (KIC). "Sejumlah seller mulai memandang biaya administrasi dan komponen biaya lainnya sebagai bagian dari investasi yang berpotensi meningkatkan penjualan dan pertumbuhan bisnis UMKM," kata Direktur Eksekutif KIC, Fakhridho Susilo, dalam keterangannya, Rabu (26/11)..
Temuan survei menyebut memiliki pemahaman tentang struktur biaya yang ada di platform. Dari komponen biaya e-commerce yang paling banyak diketahui para penjual adalah admin fee/komisi (41,5%).
Setelah itu, payment fee (34,2%), biaya ongkos kirim subsidi (29,1%), diskon/promo (13,8%), biaya operasional tambahan (9,3%), biaya iklan/ads (7,3%), biaya kampanye/campaign (1,3%), dan lainnya (21,1%).
Baca Juga: SEA e-Conomy 2025: Tren Belanja Online Melesat, Video Commerce Indonesia Tumbuh Pesat
Survei mengungkap sebagian besar seller memandang komponen biaya tersebut masuk dalam perhitungan strategi mereka untuk meningkatkan penjualan, dengan skor rata-rata 8,39 (dari skala 1-10). Hal ini menandakan sebagian besar seller mengalokasikan biaya platform dalam rencana strategi bisnis mereka.
Kedua, penjual yang memandangnya sebagai investasi (skor 8,45), berkontribusi pada peningkatan penjualan dan paparan (exposure) produk. Ketiga, seller menilainya dari segi hasil (8,31); dan keempat, sebagai kontribusi (8,56). Hal ini memperkuat temuan,mayoritas seller benar-benar merasakan hasil dan kontribusi nyata dari biaya yang mereka keluarkan terhadap performa bisnis.
Dari sisi manfaat, komponen-komponen biaya itu dinilai mayoritas (91,2%) responden sebanding dengan hasil yang didapat. Terutama, dalam hal visibilitas, trafik pembeli, dan dukungan fitur promosi yang ditawarkan.
Dari ragam komponen biaya, responden paling banyak mengalokasikan biaya untuk program diskon atau promo (16,7%). Komponen biaya berikutnya yang banyak dikeluarkan seller ialah biaya operasional tambahan (15,1%), admin fee/komisi (14,5%), biaya iklan (14,2%), biaya kampanye (13,7%), biaya ongkir subsidi (13,2%), dan payment fee (12,7%).
Soal promosi, alokasi untuk biaya iklan dan kampanye berbayar juga menunjukkan tren proporsi yang cukup besar. Terutama pada seller yang mengutamakan berjualan di TikTok Shop (15,4%), Tokopedia (15,2%), dan Shopee (13,8%).
Riset menunjukkan Shopee dipilih sebagai kanal penjualan prioritas (57,8%). TikTok Shop menarik karena konten yang interaktif dan karakter pengguna yang cenderung mudah tertarik dengan promo konten yang menghibur.
Selanjutnya: CIMB Niaga Cetak Laba Rp 5,77 Triliun Hingga Oktober 2025
Menarik Dibaca: Hujan Ekstrem Landa Provinsi Ini, Cek Peringatan Dini Cuaca Besok (27/11) dari BMKG
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













