kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bidik kenaikan ekspor rajungan, KKP optimalkan produksi dari Jawa Tengah


Selasa, 21 Januari 2020 / 16:05 WIB
Bidik kenaikan ekspor rajungan, KKP optimalkan produksi dari Jawa Tengah
ILUSTRASI. Sejumlah nelayan membongkar Rajungan hasil tangkapan di dermaga Karangsong, Indramayu, Jawa Barat, Minggu (18/5).Bidik kenaikan ekspor rajungan, KKP optimalkan produksi dari Jawa Tengah.


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus mendorong perbaikan mutu rajungan sebagai salah satu komoditas unggulan ekspor Indonesia. KKP juga menargetkan volume ekspor rajungan meningkat di 2020. Untuk itu, KKP memaksimalkan produksi rajungan dari Jawa Tengah.

Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan KKP, Agus Suherman mengatakan rajungan merupakan salah satu komoditas unggulan ekspor Indonesia di tahun 2019.

Baca Juga: Ironi lobster: Indonesia yang memiliki benih, Vietnam yang untung besar

"Merujuk data sementara dari Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor rajungan termasuk di dalamnya kepiting sebesar US$ 393 juta, dengan volume 25.900 ton," kata Agus, seperti dikutip dari siaran pers, Selasa (21/1).

Agus mengatakan, dengan pertimbangan tersebut, maka pada tahun  2020 KKP terus mendorong agar ekspor rajunan terus meningkat. Salah satunya dari wilayah Jawa Tengah.

Menurut, Agus, Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah penghasil rajungan. Sampai dengan 21 Januari 2020, sebanyak 161 ton rajungan senilai Rp 30,37 miliar berhasil diekspor dari Kabupaten Demak dan Rembang ke Amerika Serikat dan Hongkong. 

Ekspor produk rajungan tersebut berasal dari lima Unit Pengolahan Ikan (UPI) Rajungan yang berada di Kabupaten Demak dan Rembang. "Salah satu pemasok utamanya Desa Betahwalang, Kabupaten Demak, yang kerap dikenal sebagai 'Kota Rajungan'," kata Agus.

Baca Juga: Ribut-ribut Lobster, ternyata harga Lobster bisa sampai semahal Harley Davidson

Pangsa pasar rajungan sangat luas. Mulai dari Amerika Serikat, China, Malaysia, Jepang, Singapura, Perancis, hingga Inggris. Agus menerangkan, saat ini Amerika Serikat masih menjadi pasar terbesar untuk ekspor komoditas rajungan yang didominasi dengan produk olahan dalam kemasan kedap udara atau kaleng.

Namun, tidak menutup kemungkinan permintaan akan terus bertambah dari negara lain seperti China yang menggemari produk rajungan dalam kondisi hidup, segar atau dingin. Sementara Jepang banyak membeli produk rajungan yang diolah atau diawetkan tidak dalam kemasan kedap udara. 

"Potensi pasar rajungan sangat luas, maka dari itu kami ingin terus meningkatkan produk komoditas rajungan dalam negeri," kata Agus.

Agus berharap, komoditas rajungan mampu memberikan kontribusi besar terhadap target ekspor produk perikanan 2020 sebesar US$ 6,47 miliar. Salah satu yang menjadi andalan ekspor adalah rajungan. Untuk itu, kata Agus, pihaknya akan terus berupaya meningkatkan produktifitas termasuk mutu produk rajungan.

Berbagai upaya yang dilakukan, diantaranya pembinaan mutu bagi supplier, pembinaan mutu bagi UPI skala menengah besar, serta peningkatan kinerja UPI skala mikro besar dalam pengelolaan lingkungan. 

Baca Juga: KKP optimistis pameran di Jepang catat potensi transaksi US$ 42,61 juta

"Upaya pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal PDSPKP-KKP untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan bahan baku UPI di dalam negeri dan industri pengolahan ikan yang bermutu sesuai SNI”, kata Agus.

Agus berharap kegiatan pembinaan tersebut dapat meningkatkan sistem jaminan mutu pada tingkat nelayan, pengumpul, dan pemasok bahan baku. Pencatatan rinci dalam proses pengumpulan hingga pengolahan bahan baku juga diharapkan bisa memberi kepercayaan bagi konsumen. 

Baca Juga: Ekspor perikanan di paruh pertama 2019 naik 24,29% menjadi Rp 40,57 triliun

"Dengan ketelusuran ini mendorong terciptanya kepercayaan konsumen bahwa bahan baku yang diperoleh dan diproses berasal dari budidaya dan wilayah perairan tangkap yang aman dan tidak tercemar," kata Agus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×