Reporter: Leni Wandira | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Phapros Tbk (PEHA) memperkuat ekspansi portofolio produk di segmen terapi khusus. Terbaru, emiten farmasi ini memperkenalkan produk inovasi untuk kesehatan pria dewasa dalam ajang The 4th InaSAU Meeting 2025 yang digelar pada 19–20 Desember 2025 di Lombok.
Peluncuran ini menjadi bagian dari komitmen Phapros dalam menggarap potensi pasar terapi disfungsi ereksi (DE) yang dinilai masih terbuka lebar, seiring meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan pria. Produk anyar tersebut hadir dalam bentuk oral dissolving film (ODF) berbasis tadalafil, yang dirancang untuk meningkatkan kenyamanan penggunaan sekaligus kepatuhan pasien.
Pelaksana Tugas Direktur Utama PT Phapros Tbk, Ida Rahmi Kurniasih mengatakan, inovasi ini sejalan dengan strategi perusahaan untuk menghadirkan solusi kesehatan yang berorientasi pada kebutuhan pasien dan perkembangan praktik klinis terkini.
Baca Juga: Strategi Era Digital (AWAN) Memaksimalkan Penjualan Produk Cloud Lokal pada 2026
“Terapi berbasis tadalafil dalam bentuk ODF memungkinkan obat larut di mulut tanpa air, sehingga lebih praktis digunakan, memberikan kenyamanan, serta mendukung omzet kerja yang relatif cepat dengan durasi efek yang panjang,” ujar Ida dalam keterangan resminya, Jumat (26/12/2025).
Secara mekanisme, tadalafil bekerja sebagai phosphodiesterase-5 (PDE-5) inhibitor yang meningkatkan aliran darah ke corpus cavernosum. Dengan durasi kerja hingga 36 jam, terapi ini dinilai memberikan fleksibilitas waktu penggunaan bagi pasien.
Phapros memandang segmen terapi DE memiliki prospek pertumbuhan yang menarik. Disfungsi ereksi diketahui berkaitan erat dengan penyakit komorbid seperti diabetes, hipertensi, gangguan kardiovaskular, hingga faktor gaya hidup. Namun, kondisi ini masih kerap dianggap tabu sehingga tingkat diagnosis dan penanganan medis tergolong rendah.
Melalui partisipasi aktif di forum ilmiah InaSAU, Phapros juga mendorong pemahaman bahwa disfungsi ereksi bukan sekadar isu kualitas hidup, melainkan dapat menjadi indikator awal gangguan kesehatan yang lebih serius.
Ketua INASAU, Widi Atmoko menyebut prevelensi disfungsi ereksi di Indonesia tergolong tinggi. Berdasarkan sejumlah penelitian, angka prevalensi DE di Indonesia mencapai lebih dari 30%, jauh di atas rata-rata global yang berada di kisaran 14%.
Baca Juga: APPBI: Minat Belanja Nataru Naik, Konsumen Pilih Produk Harga Terjangkau
“Magnitude masalah disfungsi ereksi di Indonesia cukup tinggi dan perlu mendapatkan perhatian serius, baik dari sisi medis maupun edukasi,” ujarnya.
Ia menambahkan, kehadiran pilihan terapi baru dengan karakteristik durasi kerja yang lebih panjang akan memperluas opsi pengobatan bagi pasien. Menurutnya, kolaborasi antara industri farmasi dan organisasi profesi menjadi kunci dalam meningkatkan kualitas layanan kesehatan pria.
Ke depan, Phapros berharap peluncuran produk ini dapat memperkuat penetrasi perseroan di segmen terapi khusus sekaligus berkontribusi pada peningkatan kesadaran dan kualitas penanganan disfungsi ereksi di Indonesia.
Selanjutnya: Jadwal Tayang Film Horor Alas Roban dan Sinopsis, Siapa Saja Pemerannya?
Menarik Dibaca: Film Agak Laen: Menyala Pantiku! Lampaui Jumlah Penonton Film Agak Laen Pertama
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













