Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Khomarul Hidayat
Lebih lanjut, Direktur Komersial PT PGN LNG Adi Sangga Prasetya menyatakan kesiapan dan mendukungnya dalam konversi BBM ke LNG pada KAI. Menurutnya, pada bulan Juli 2020 sudah ada MoU lanjutan dengan PT KAI terkait dengan penyediaan LNG untuk pemenuhan kebutuhan bahan bakar industri di Pulau Jawa termasuk untuk KAI.
Saat ini juga sedang dibangun Terminal LNG Jatim di Teluk Lamong, Gresik, yang merupakan sinergy antar BUMN yaitu PGN LNG dengan Pelindo III. Progres pembangunannya telah mencapai 90% dan dijadwalkan akan beroperasi pada kuartal II tahun 2021.
"Posisi pelabuhan Teluk Lamong berdekatan dengan jaringan kereta di Surabaya dan Gresik, juga sangat mendukung untuk suplay LNG untuk KAI sekaligus PT KAI bisa berperan dalam penyaluran atau pengangkutan LNG dengan Iso Container. Ada benefit tambahan jika pengangkutan ISO container dilakukan oleh KAI karena keberadaan posisi strategis KA yang memiliki jaringan stasiun point to point” jelas Adi Sangga.
Sementara itu, Dirut PT. Pertagas Niaga, Linda Sunarti menyebut telah dilakukan percobaan penggunaan LNG untuk KAI tahap pertama dan kedua di Bandung. Tahap pertama untuk gerbong dan yang kedua untuk lokomotifnya.
Secara keekonomian saat percobaan ada beberapa kendala terkait kesiapan suplay LNG. "Nantinya jika diterapkan harus terintegrasi semua. Pada intinya apabila secara komersial penggunaan LNG pada KAI dinilai layak diniagakan, maka PT Pertagas Niaga siap menyambutnya," kata Linda.
Baca Juga: Pertamina meresmikan tiga titik BBM satu harga di wilayah Nias
Direktur Pengelolaan Sarana PT KAI Azahari menjelaskan telah dilakukan berbagai tahapan uji coba penggunaan LNG sebagai bahan bakar kereta api. Pada 23 November 2016 telah dilakukan uji statis di Balai Yasa Yogyakarta dengan pendampingan Tim ahli. Lalu, uji coba dinamis pada KA 25/28 (Gopar) dan Kereta Api Lokal Bandung pada Desember 2016 serta Kereta Api Harina relasi Bandung-Pasar Turi (31 Juli-5 Agustus 2017).
Pengujian dinamis yang dilakukan membuktikan bahwa peralatan instalasi tidak mengalami kendala selama kondisi operasional, tidak terdapat kebocoran atau kerusakan. Pada saat pengujian terakhir di Balai Yasa Yogyakarta, diketahui bahwa efisiensi penggunaan DDF LNG pasti lebih rendah dibandingkan menggunakan solar murni.
Subtitusi LNG dapat mencapai 80%-20%. “Waktu uji coba hasilnya cukup bagus, tapi setelah itu penyediaan atau suplay gas tidak siap, jika itu dipakai dengan ketidasiapan suplai LNG jatuhnya menjadi mahal, dan tidak ada inisiatif dari berbagai pihak sehingga seperti hilang begitu saja tidak ada kelanjutannya” ungkap Azahari.
Adapun, selain mendorong penggunaan LNG pada kereta api, BPH Migas juga menyebut bahwa penggunaan LNG dapat dilakukan dengan ISO tank untuk penerangan, genset, pemanas air juga sudah dipakai diberbagai Hotel Hilton dan Arya Duta di Bandung, Mall di Ambon dan Rumah Sakit di Samarinda.
Ifan menambahkan, BPH Migas saat ini sedang melakukan kerjasama dengan Fakultas Teknik UI untuk melakukan kajian penyusunan LNG di Indonesia. Menurutnya, BPH Migas sebagai lembaga Independen mempunyai peran strategis sebagai wasit dalam kegiatan usaha hilir migas.
Selanjutnya: Telan investasi Rp 36,4 triliun, bagaimana nasib proyek pipa gas trans Kalimantan?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News