kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.504.000   5.000   0,33%
  • USD/IDR 15.935   0,00   0,00%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Bisa hemat Rp 1,2 triliun, konversi BBM ke LNG untuk kereta api dilakukan bertahap


Kamis, 12 November 2020 / 18:29 WIB
Bisa hemat Rp 1,2 triliun, konversi BBM ke LNG untuk kereta api dilakukan bertahap
ILUSTRASI. Salah satu cara untuk meningkatkan serapan LNG domestik ialah melalui penggunaan LNG pada kereta api.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Peningkatan penggunaan gas alam cair alias Liquefied Natural Gas (LNG) di dalam negeri terus didorong. Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) menilai, salah satu cara untuk meningkatkan serapan LNG domestik ialah melalui penggunaan LNG pada kereta api.

Anggota Komite BPH Migas Jugi Prajogio menyampaikan, pihaknya tengah memfasilitasi terwujudnya konversi Bahan Bakar Minyak (BBM) menjadi LNG pada kereta api. Sebenarnya, kata Jugi, sudah ada kontrak kerjasama dan uji coba yang terjalin antara PT Kereta Api Indonesia atau PT KAI (Persero) bersama Pertamina Group.

Namun, progres kerjasama tersebut sempat tersendat lantaran Pertamina membubarkan direktorat gas. Alhasil, BPH Migas perlu memfasilitasi agar kerjasama antara PT KAI dengan PT Pertagas Niaga, selaku anak usaha Pertamina Group bisa terealisasi.

"Sudah ada kontrak kerjasama dan sudah ada uji coba. Tetapi progresnya terhenti karena follow-up dari Pertamina paska direktorat gas dibubarkan. BPH melihat koordinasi antar para pihak yang kurang pas, BPH Migas memfasilitasi kembali kerjasama itu," kata Jugi kepada Kontan.co.id, Kamis (12/11).

Baca Juga: PR Dirjen Migas baru: Lifting 1 juta barel per hari, hingga soal Blok Rokan

Menurut Jugi, konversi dari BBM ke LNG untuk bahan bakar kereta api berpotensi mendatangkan penghematan yang signifikan. Kendati begitu, dengan konsumsi rerata Jenis BBM Tertentu (JBT) untuk kereta api sebesar 300.000 kilo liter (KL) per tahun, maka konversi BBM ke LNG tersebut perlu dilakukan secara bertahap.

"JBT untuk KAI 300.000 KL per tahun, kondisi normal di luar covid-19. Konversi BBM ke LNG tentunya dibuat bertahap, ini yang paling realistris," sambung Jugi.

Namun, dia belum bisa memastikan kapan konversi tersebut akan terealisasi. Pasalnya, KAI masih perlu kepastian terkait efisiensi yang bisa dihasilkan LNG ketimbang BBM sebagai bahan bakar kereta api. Di sisi lain, Pertamina Group (Pertamina/PGN/Pertagas Niaga) sebagai pemasok LNG masih melakukan kalkulasi ulang dalam program konversi ini.

"Sepanjang harga LNG dapat dibuktikan lebih efisien dari pada BBM, maka KAI akan pindah ke LNG," tutur Jugi.

Sebelumnya, pada akhir Oktober 2020 lalu, BPH Migas sudah menggelar pertemuan terkait dengan konversi BBM ke LNG ini. Kepala BPH Migas Fanshurullah Asa menyampaikan bahwa hal tersebut sebagai tindak lanjut dari komitmen (MoU) antara Pertamina dengan KAI pada tahun 2015.

Ifan, sapaan untuk M. Fanshurullah Asa menjelaskan bahwa BPH Migas menginisiasi pertemuan tersebut untuk menghilangkan kesan saling menunggu. Menurutnya, penggunaan LNG sebagai bahan bakar kereta api perlu segera diwujudkan untuk mengurangi subsidi BBM.

Dia memberikan gambaran, pada tahun 2020 ini, kuota BBM subsidi untuk KAI sebesar 240.000 KL. Dengan selisih harga antara solar subsidi dan non subsidi sekitar Rp 5.000 per liter, maka akan ada potensi penghematan keuangan negara sebesar Rp1,2 Trilliun.

Ifan menyebut, penggunaan LNG untuk kereta api sudah digunakan di USA, Kanada, Rusia, dan India. Jika Indonesia berhasil, maka maka menjadi negara ke 5 yang menerapkan LNG sebagai bahan bakar kereta api.

“Untuk KAI yang penting kesungguhan komitmen dulu untuk segera mewujudkan ini, memang tidak untuk secara keseluruhan, bisa untuk penerangan gerbong terlebih dahulu, tetapi progressnya jelas. Jika langsung lokomotif saat ini mungkin terkendala, untuk pengadaan lokomotif baru kita harapkan langsung bisa dual fuel BBM, solar maupun LNG,” terang Ifan dalam keterangan tertulis yang dirilis BPH Migas, Sabtu (31/10) lalu.

Masih menurut Ifan, harga LNG lebih murah dibandingkan dengan BBM. Sebagai gambaran, harga LNG hanya kisaran US$ 5 per MMBTU, lebih murah dibandingkan BBM yang ada dikisaran US$ 15 sampai dengan US$ 20 dollar per barel.

Baca Juga: Dirjen Migas baru dibebankan target lifting 1 juta barel, hingga soal Blok Rokan

Lebih lanjut, Direktur Komersial PT PGN LNG Adi Sangga Prasetya menyatakan kesiapan dan mendukungnya dalam konversi BBM ke LNG pada KAI. Menurutnya, pada bulan Juli 2020 sudah ada MoU lanjutan dengan PT KAI terkait dengan penyediaan LNG untuk pemenuhan kebutuhan bahan bakar industri di Pulau Jawa termasuk untuk KAI.

Saat ini juga sedang dibangun Terminal LNG Jatim di Teluk Lamong, Gresik, yang merupakan sinergy antar BUMN yaitu PGN LNG dengan Pelindo III. Progres pembangunannya telah mencapai 90% dan dijadwalkan akan beroperasi pada kuartal II tahun 2021.

"Posisi pelabuhan Teluk Lamong berdekatan dengan jaringan kereta di Surabaya dan Gresik, juga sangat mendukung untuk suplay LNG untuk KAI sekaligus PT KAI bisa berperan dalam penyaluran atau pengangkutan LNG dengan Iso Container. Ada benefit tambahan jika pengangkutan ISO container dilakukan oleh KAI karena keberadaan posisi strategis KA yang memiliki jaringan stasiun point to point” jelas Adi Sangga.

Sementara itu, Dirut PT. Pertagas Niaga, Linda Sunarti menyebut telah dilakukan percobaan penggunaan LNG untuk KAI tahap pertama dan kedua di Bandung. Tahap pertama untuk gerbong dan yang kedua untuk lokomotifnya.

Secara keekonomian saat percobaan ada beberapa kendala terkait kesiapan suplay LNG. "Nantinya jika diterapkan harus terintegrasi semua. Pada intinya apabila secara komersial penggunaan LNG pada KAI dinilai layak diniagakan, maka PT Pertagas Niaga siap menyambutnya," kata Linda.

Baca Juga: Pertamina meresmikan tiga titik BBM satu harga di wilayah Nias

Direktur Pengelolaan Sarana PT KAI Azahari menjelaskan telah dilakukan berbagai tahapan uji coba penggunaan LNG sebagai bahan bakar kereta api. Pada 23 November 2016 telah dilakukan uji statis di Balai Yasa Yogyakarta dengan pendampingan Tim ahli. Lalu, uji coba dinamis pada KA 25/28 (Gopar) dan Kereta Api Lokal Bandung pada Desember 2016 serta Kereta Api Harina relasi Bandung-Pasar Turi (31 Juli-5 Agustus 2017).

Pengujian dinamis yang dilakukan membuktikan bahwa peralatan instalasi tidak mengalami kendala selama kondisi operasional, tidak terdapat kebocoran atau kerusakan. Pada saat pengujian terakhir di Balai Yasa Yogyakarta, diketahui bahwa efisiensi penggunaan DDF LNG pasti lebih rendah dibandingkan menggunakan solar murni.

Subtitusi LNG dapat mencapai 80%-20%. “Waktu uji coba hasilnya cukup bagus, tapi setelah itu penyediaan atau suplay gas tidak siap, jika itu dipakai dengan ketidasiapan suplai LNG jatuhnya menjadi mahal, dan tidak ada inisiatif dari berbagai pihak sehingga seperti hilang begitu saja tidak ada kelanjutannya” ungkap Azahari.

Adapun, selain mendorong penggunaan LNG pada kereta api, BPH Migas juga menyebut bahwa penggunaan LNG dapat dilakukan dengan ISO tank untuk penerangan, genset, pemanas air juga sudah dipakai diberbagai Hotel Hilton dan Arya Duta di Bandung, Mall di Ambon dan Rumah Sakit di Samarinda.

Ifan menambahkan, BPH Migas saat ini sedang melakukan kerjasama dengan Fakultas Teknik UI untuk melakukan kajian penyusunan LNG di Indonesia. Menurutnya, BPH Migas sebagai lembaga Independen mempunyai peran strategis sebagai wasit dalam kegiatan usaha hilir migas.

Selanjutnya: Telan investasi Rp 36,4 triliun, bagaimana nasib proyek pipa gas trans Kalimantan?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×