Reporter: Dimas Andi | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bisi International Tbk (BISI) semakin serius menggeluti bisnisnya di bidang pertanian. Kali ini, perusahaan berkode saham BISI tersebut mulai merambah bisnis alat dan mesin pertanian.
Presiden Direktur Bisi International Agus Saputra Wijaya mengatakan, pihaknya telah membentuk dua divisi baru pada tahun lalu, yakni divisi mesin dan divisi teknologi agrikultural. Untuk divisi mesin, Bisi International akan mendistribusikan sejumlah produk seperti combine harvester Bisi Niskala 102 yang merupakan mesin pemanen untuk jagung dan padi serta traktor.
"Untuk produk traktor kami menjalin kerja sama dengan Lovol yang merupakan perusahaan manufaktur pertanian ternama dari China," ujar dia, Jumat (17/1).
Sementara di divisi teknologi agrikultural, Bisi International memasarkan drone (pesawat nirawak) untuk kebutuhan pertanian, seperti penyemprotan pupuk cair atau pestisida di lahan-lahan pertanian. Adapun drone yang dijual oleh Bisi International bermerek DJI. Ini merupakan merek yang sudah punya nama besar di pasar pesawat nirawak Indonesia.
Agus menyebut, kehadiran dua divisi baru ini merupakan langkah strategis untuk menjadikan Bisi International sebagai penyedia one stop shopping di bidang pertanian.
"Kami tidak hanya menjual produk-produk saja, tapi juga solusi menyeluruh untuk kegiatan pertanian," kata dia.
Baca Juga: Ada Potensi La Nina, Bisi International (BISI) Optimis Raih Kinerja Positif di 2024
Manajemen Bisi International belum bisa mengungkap kontribusi pendapatan dari segmen bisnis alat dan mesin pertanian. Terlepas dari itu, BISI yakin bahwa bisnis ini akan berkembang pesat pada masa mendatang. Apalagi, perubahan zaman yang ditandai dengan masifnya inovasi teknologi pertanian menjadi suatu keniscayaan.
Penggunaan teknologi di bidang pertanian pun diperkirakan semakin meningkat, mengingat banyaknya manfaat seperti efisiensi biaya dan peningkatan produktivitas. Sebagai contoh, penggunaan drone bisa meningkatkan akurasi dan efektivitas penyemprotan pestisida di lahan pertanian.
Bisi International juga percaya bisnis penjualan mesin pemanen, traktor, hingga drone kelak akan berkontribusi pada bertambahnya lapangan kerja baru di sektor pertanian.
"Bukan tidak mungkin banyak orang yang menjadi operator alat dan mesin pertanian," imbuh Agus.
Baca Juga: BISI International (BISI) Memupuk Pertumbuhan Kinerja
Prospek bisnis 2025
Lebih lanjut, Agus meyakini kinerja Bisi International akan tumbuh lebih baik memasuki tahun 2025. Perusahaan ini sebenarnya sempat khawatir lantaran musim hujan di Indonesia baru tampak merata memasuki bulan November-Desember 2024. Kondisi ini membuat permintaan benih holtikultura dan pestisida dari Bisi International kurang optimal, mengingat sebagian petani tidak melakukan penanaman secara tepat waktu.
Namun, Bisi International telah memperoleh data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bahwa musim hujan dan kemarau di Indonesia akan berlangsung normal sepanjang tahun 2025 berjalan. Dengan begitu, gangguan dalam aktivitas pertanian di atas kertas bisa diminimalisir.
Bisi International pun telah mengembangkan tiga varietas baru untuk produk benih jagung hibrida yang disebut BISI 234, BISI 235, dan BISI 236. Varietas baru ini memiliki produktivitas yang lebih tinggi, mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan, hingga tahan terhadap penyakit. Benih ini dipandang cocok bagi para petani di Indonesia yang belakangan ini kerap menghadapi tantangan cuaca ekstrim yang tidak menentu.
Sebagai catatan, penjualan neto Bisi International mengalami penurunan 31,30% year on year (yoy) menjadi Rp 1,01 triliun hingga kuartal III-2024. Pada saat yang sama, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk BISI juga merosot 50,84% yoy menjadi Rp 124,77 miliar.
Selanjutnya: Bukan Bitcoin! Robert Kiyosaki Ungkapkan Aset yang Harus Dibeli Sebelum Harga Meroket
Menarik Dibaca: OYO Catat Jakarta Jadi Destinasi Liburan Terpopuler Selama Perayaan Tahun Baru
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News