Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .
Soal fluktuasi kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, Teddy mengungkapkan bahwa kondisi itu tidak berpengaruh signifikan. Ia menekankan, yang terpenting dari bisnis perusahaannya ini ialah bagaimana respon atau serapan dari pasar batubara.
“Pengaruh itu lebih ke produksi dan harga batubara, jadi tergantung juga daya serapnya. Kalau kurs relatif tidak berpengaruh,” ungkapnya.
Berkat kondisi ini, Teddy menerangkan, bisnis AN Ancora melalui anak usahanya, PT Multi Nitrotama Kimia (MNK) mengalami peningkatan signifikan. Data per Agustus 2018, penjualan AN mengalami kenaikan sekitar 56% dibandingkan dengan Agustus tahun lalu.
Dengan perbandingan jumlah antara sekitar 60.000 ton pada Agustus 2018, dan 38.000ton di Agustus 2017. “Penjualan kita terus naik. Awal tahun di Januari-Februari rata-rata sekitar 6-7 ribu ton. Setelah itu terus naik,” ucapnya.
Lini bisnis Ancora yang lain pun mencatatkan kinerja positif, yakni drilling minyak dan gas (migas) Ancora melalui anak usahanya, PT Bormindo Nusantara. Teddy bilang, dari 14 rig yang dimiliki, utilitasnya ada di angka 60%, atau ada 10 rig yang terpakai.
Namun, kontribusi untuk Ancora masih dominan dicatatkan lewat bisnis peledak tambang, yaitu melalui PT MNK. Pasalnya, kontribusi PT MNK terhadap perusahaan mencapai sekitar 62%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News