kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bisnis ammonium nitrate Ancora Indonesia Resources (OKAS) kian membara


Rabu, 19 September 2018 / 19:35 WIB
Bisnis ammonium nitrate Ancora Indonesia Resources (OKAS) kian membara
ILUSTRASI. Ancora Indonesia Resource Tbk OKAS


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Ancora Indonesia Resources Tbk masih mengandalkan bisnsi peledak tambang. Apalagi, produksi dan harga batubara yang cukup membara ikut mendorong produksi dan penjualan Ammonium Nitrate (AN) perusahaan di paruh terakhir tahun 2018 ini.

Selain soal produksi dan harga batubara, Direktur Utama Ancora Indonesia Resources Teddy Kusumah Somantri menyebut ada faktor lain yang membuat bisnis AN mengalami peningkatan. Yaitu karena adanya pembatasan impor AN, sehingga perusahaan batubara mengalihkan belanjanya ke produsen AN dalam negeri.

“Pasar kita memang semuanya domestik. Jadi kalau impor dibatasi kan harus beli dari produk nasional, yang mungkin sebelumnya beli dari luar. Karena secara produksi dan harga pun sebenarnya di nasional sudah kompetitif,” jelas Teddy kepada Kontan.co.id, Rabu (19/9).

Saat ini, rata-rata produksi dari dua pabrik AN Ancora di Cikampek sebesar 11.000-12.000 ton per bulan. Dengan kondisi saat ini, lanjut Teddy, jumlah tersebut bisa langsung terserap oleh pasar. Bahkan Teddy bilang, tak menutup kemungkinkan pihaknya akan mendorong produksi hingga kapastias maksimum, yakni sebesar 12.500 ton.

“Sekarang sedang bagus. Hampir semua dimakan market. Sekarang pasti habis. Jadi kita mentok saja sesuai dengan kapastitas kita, mengikuti demand di (pasar) batubara,” imbuhnya.

Soal harga, Teddy tak menyebutkan pastinya. Sebabnya, harga AN juga dihitung dengan ongkos transportasi ke lokasi peledakan di tambang batubara. Hanya saja Teddy menyebut, harganya bisa mencapai US$ 460 per ton.

“Harga tergantung lokasi dimana, karena industri ini kan diatur, nggak bisa asal beli dan bawa AN, regulasinya ketat, transportasi otomatis dihitung.” terangnya.

Soal fluktuasi kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, Teddy mengungkapkan bahwa kondisi itu tidak berpengaruh signifikan. Ia menekankan, yang terpenting dari bisnis perusahaannya ini ialah bagaimana respon atau serapan dari pasar batubara.

“Pengaruh itu lebih ke produksi dan harga batubara, jadi tergantung juga daya serapnya. Kalau kurs relatif tidak berpengaruh,” ungkapnya.

Berkat kondisi ini, Teddy menerangkan, bisnis AN Ancora melalui anak usahanya, PT Multi Nitrotama Kimia (MNK) mengalami peningkatan signifikan. Data per Agustus 2018, penjualan AN mengalami kenaikan sekitar 56% dibandingkan dengan Agustus tahun lalu.

Dengan perbandingan jumlah antara sekitar 60.000 ton pada Agustus 2018, dan 38.000ton di Agustus 2017. “Penjualan kita terus naik. Awal tahun di Januari-Februari rata-rata sekitar 6-7 ribu ton. Setelah itu terus naik,” ucapnya.

Lini bisnis Ancora yang lain pun mencatatkan kinerja positif, yakni drilling minyak dan gas (migas) Ancora melalui anak usahanya, PT Bormindo Nusantara. Teddy bilang, dari 14 rig yang dimiliki, utilitasnya ada di angka 60%, atau ada 10 rig yang terpakai. 

Namun, kontribusi untuk Ancora masih dominan dicatatkan lewat bisnis peledak tambang, yaitu melalui PT MNK. Pasalnya, kontribusi PT MNK terhadap perusahaan mencapai sekitar 62%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×