Reporter: Noverius Laoli | Editor: Dessy Rosalina
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keputusan pemerintah memasukkan daging kerbau beku impor dari India ke Indonesia telah menggerus bisnis sapi bakalan dan sapi lokal. Hingga bulan November 2017, realisasi impor sapi bakalan hanya sekitar 392.000 ekor.
Realisasi impor sapi bakalan sampai akhir tahun diprediksi hanya mencapai sekitar 450.000 ekor. Atau turun sekitar 25% dari realisasi impor sapi bakalan tahun 2016 yang mencapai 600.000 ekor.
Direktur Eksekutif Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo) Joni Liano mengatakan minimnya realisasi impor sapi bakalan karena penjualan daging sapi dalam negeri mengalami penurunan hingga 40% dari biasanya. Hal ini langsung terdampak pada pengusaha sapi bakalan yang mengandalkan pasar lokal untuk menjual daging sapi mereka.
"Salah satu penyebabnya adalah daging beku kerbau impor itu dioplos dari dengan daging segar," ujar Joni kepada KONTAN, Minggu (26/11).
Joni menjelaskan, awalnya tujuan pemerintah untuk memasukkan daging kerbau untuk industri olahan seperti bakso, sosis dan sejenis.
Tapi faktanya, industri tidak membutuhkan banyak karena jika industri menggunakan daging kerbau, maka mereka harus merubah label konten dan menyebutkan kandungan bahan bakunya kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan juga kualtias daging kerbau tidak dapat menggantikan daging sapi.
"Faktanya sekarang daging kerbau dioplos dengan daging sapi dan dijual dengan harga daging sapi sebesar Rp 105.000 - Rp 120.000 per kg," terangnya.
Ia menilai, pemerintah gagal memaksa konsumen mengkonsumsi daging kerbau beku. Sebab konsumen di Indonesia masih lebih suka dengan daging sapi. Tapi karena sudah dioplos, maka konsumen akhirnya membeli daging kerbau impor dengan harga daging sapi. Justru ia menilai kebijakan ini mematikan usaha peternakans api potong nasional.
"Sulit memahami sebenarnya kebijakan pemerintah ini untuk kepentingan siapa?" tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News