Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Segmen perhotelan PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) mulai pulih sejak kembali dibuka pada Juni. Sebagaimana diketahui, selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) manajemen memutuskan untuk menghentikan operasional segmen hotel sejak April.
Investor Relation Surya Semesta Internusa Erlin Budiman mengatakan kondisi itu kini mulai pulih sejak kenormalan baru mulai ditetapkan. "Pandemi COVID-19 telah memengaruhi aktivitas tiga pilar utama bisnis SSIA. Khususnya di unit bisnis perhotelan karena dampak penerapan physical distancing, pembatasan perjalanan, dan penutupan bandara untuk penerbangan komersial baik di Jakarta dan Bali," ujar Erlin, Rabu (12/8).
Baca Juga: Terdampak pandemi, Nusa Raya Cipta (NRCA) revisi target kontrak baru di 2020
Erlin menjelaskan, tingkat hunian hotel perusahaan turun secara dramatis, mengakibatkan penurunan besar-besaran sekitar 58% dari pendapatan perhotelan untuk periode semester I-2020. Perusahaan telah menutup hotel bintang 5 yakni Gran Melia Jakarta, Hotel Melia Bali dan Banyan Tree Ungasan Resort sejak akhir Maret hingga Mei 2020.
Menurutnya secara perlahan kamar-kamar hotel mulai terisi. Sebagai informasi, emiten berkode saham SSIA itu memiliki 3 jaringan hotel yakni Hotel Melia, Batiqa dan Banyan Tree Ungasan. Dari ketiga jaringan hotel itu, Erlin mengatakan Batiqa cabang Pekanbaru dan Palembang memiliki perkembangan yang cukup baik.
Erlin menyebut, manajemen telah melakukan beberapa langkah penghematan biaya untuk merespon arus kas negatif seperti, penerapan skema furlough untuk sebagian besar karyawan, pengurangan biaya utilitas, negosiasi ulang kontrak outsourcing melalui diskon atau perpanjangan periode kontrak, serta mengurangi biaya tetap lainnya. Selanjutnya, manajemen SSIA juga telah bernegosiasi dengan pemberi pinjaman tentang pengurangan suku bunga dan perpanjangan pembayaran pokok.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan,unit bisnis perhotelan SSIA membukukan pendapatan sebesar Rp 152,7 miliar pada semester I-2020, menurun 57,9% dibanding Rp 363,2 miliar pada semester I-2019.
Baca Juga: Harga batubara lesu, ini strategi ABM Investama (ABMM) menjaga kinerja
Sekitar 67,6% dari total pendapatan perhotelan dikontribusikan oleh Gran Melia Jakarta (GMJ) dan hotel Melia Bali (MBH). Sementara sisanya disumbangkan dari Banyan Tree Ungasan Resort (“BTUR”) dan BATIQA Hotels. Tingkat hunian GMJ untuk 1H20 mencapai 19,7% dibanding 41,1% pada semester I-2019. Sedangkan tarif kamar rata-rata/average room rate (ARR) selama semester-I 2020 adalah sekitar US$ 93,7 dari US$88,1 di semester I-2019.
Sementara tingkat hunian MBH pada semester I-2019 berada pada level 29,6% menurun dibanding semester I 2019 sebesar 73,6%. Namun, MBH berhasil meningkatkan ARR menjadi US$ 113,3 di 1H20 dibanding US$ 107,5 pada semester I-2019.
BUTR mencatat tingkat hunian pada semester I 2020 berada di level 20,3%, turun dari tingkat hunian pada semester I-2019 di level 58,1%. Sementara, ARR pada semester I-2020 adalah US$ 450,6 dari US$ 427,5 pada semester I-2019.
Baca Juga: Summarecon Agung (SMRA) siapkan kas untuk bayar obligasi jatuh tempo Rp 1,3 triliun
SSIA telah meluncurkan Hotel BATIQA di tujuh lokasi. Pada 1H20 tingkat hunian Hotel BATIQA yang terdiri dari BATIQA Hotel & Apartemen Karawang, BATIQA Hotel Cirebon, BATIQA Hotel Jababeka, BATIQA Hotel Palembang, BATIQA Hotel Pekanbaru, BATIQA Hotel Lampung dan BATIQA Hotel Darmo-Surabaya tercatat sebesar 35,9%, dengan ARR berada di Rp 304.919 sementara Pada semester I-2019 ARR BATIQA berada pada level Rp 317.983 dengan tingkat hunian sebesar 58,2%.
"Perusahaan berharap industri perhotelan akan mulai periode pemulihan yang sangat lambat pada 3Q-2020. Hotel-hotel kami telah mempersiapkan berbagai langkah untuk selalu mengutamakan masalah kesehatan dan keselamatan. Kami merevisi strategi komersial kami untuk memulai kembali, dengan memperhatikan standar kesehatan dan keselamatan," ujar Erlin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News