kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 15.875   5,00   0,03%
  • IDX 7.314   118,54   1,65%
  • KOMPAS100 1.121   16,95   1,53%
  • LQ45 892   14,50   1,65%
  • ISSI 223   2,40   1,09%
  • IDX30 459   10,01   2,23%
  • IDXHIDIV20 553   13,38   2,48%
  • IDX80 129   1,38   1,09%
  • IDXV30 137   2,73   2,03%
  • IDXQ30 152   3,22   2,16%

Bisnis kafe dan restoran baru menyentuh 30%-40% dari kondisi normal


Selasa, 07 September 2021 / 19:37 WIB
Bisnis kafe dan restoran baru menyentuh 30%-40% dari kondisi normal
ILUSTRASI. Suasana kafe yang melayani konsumen secara take away di Jakarta, Senin (26/7). Bisnis kafe dan restoran baru menyentuh 30%-40% dari kondisi normal


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 3 kembali diperpanjang untuk sebagian besar kota di Jawa dan Bali. Meski terjadi pelonggaran dibandingkan saat PPKM darurat Juli lalu, namun kondisi ini belum signifikan mengangkat kinerja bisnis kafe dan restoran.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Kafe dan Restoran Indonesia (Apkrindo) Eddy Sutanto menyampaikan, jika dibandingkan dengan PPKM darurat, tingkat kunjungan ke kafe dan restoran sudah naik sekitar 20%-30%. Namun tingkat kunjungan ke kafe dan restoran saat ini masih di level 30%-40% jika dibandingkan keadaan normal sebelum pandemi.

"Kami apresiasi dengan upaya pemerintah dalam penanganan pandemi. Kalau dibandingkan PPKM darurat memang sudah naik. Tapi masih turun 60%-70% kalau dibandingkan kondisi normal, jadi untuk bisnis ini sebenarnya masih berat," ungkap Eddy saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (7/9).

Menurut Eddy, rata-rata kondisi bisnis kafe dan restoran akan sejalan dengan tingkat kunjungan pada pusat perbelanjaan atau mal. Dia pun menyampaikan sejumlah catatan yang membuat bisnis kafe dan restoran masih tertekan.

Baca Juga: Restoran diperbolehkan dibuka terbatas, tetap patuhi protokol kesehatan

Pertama, adanya larangan akses masuk untuk anak di bawah usia 12 tahun. Padahal, bisnis pusat perbelanjaan maupun restoran ditopang oleh kunjungan keluarga.

Kedua, saat ini sebagian besar belum kembali Work From Office (WFO). Eddy bilang, konsumsi dari segmen perkantoran menjadi pasar yang signifikan bagi bisnis kafe dan restoran.

Ketiga, adanya sentimen negatif dari kabar kebocoran data aplikasi Peduli Lindungi. Padahal, aplikasi ini menjadi syarat masuk pengunjung ke pusat perbelanjaan atau restoran. Eddy pun meminta agar keamanan data di aplikasi Peduli Lindungi bisa terjaga sehingga tidak menggoyahkan kepercayaan masyarakat.

"Saya setuju dengan syarat prokes dan Peduli Lindungi itu. Tapi harus dipastikan privasi orang tetap dijaga. Jangan sampai jadi sentimen negatif, orang takut datanya bocor," sebut Eddy.

Baca Juga: Pengusaha berharap pelonggaran kegiatan bisnis saat kasus Covid-19 terus melandai

Terakhir, dia pun mengimbau agar pemilik maupun pengelola kafe dan restoran tetap mematuhi aturan yang telah ditetapkan pemerintah. Baik yang menyangkut protokol kesehatan  maupun jam operasional.

Eddy pun memastikan 150 lebih pemilik kafe dan restoran yang menjadi anggota Apkrindo akan patuh terhadap aturan pemerintah.

"Karena mindset anggota kita itu lebih baik nangis sekarang daripada nangis setiap hari dan berkelanjutan. Kalau nggak taat kan kasian juga, nanti jadi klaster (penularan covid), nanti kasus naik lagi, PPKM darurat lagi, makin berat kita," tegasnya.

Eddy pun memperkirakan, 2021 masih akan menjadi tahun yang berat bagi bisnis kafe dan restoran. Dia memprediksi pemulihan secara signifikan baru terasa pada tahun 2022 mendatang. Dengan catatan, pandemi dan penyebaran kasus covid-19 benar-benar sudah terkendali.

Selanjutnya: Pembukaan pusat belanja diperluas, 3 mal Metropolitan Land (MTLA) kembali dibuka

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×