kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis lesu, target Gapmmi tak berubah


Rabu, 19 Juli 2017 / 11:01 WIB
Bisnis lesu, target Gapmmi tak berubah


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Pelaku industri makanan dan minuman tak puas dengan pencapaian semester I 2017. Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) menilai, lesu daya beli yang menjadi biang keladi.

Menurut catatan internal Gapmmi, momentum Ramadan tidak bisa lagi menjadi andalan. Indikator mereka, pola belanja masyarakat pada bulan puasa tahun ini semakin mundur mendekati hari H Lebaran. Biasanya, momentum itu menjadi masa panen pelaku industri makanan dan minuman dalam setahun.

Jika menengok momentum Ramadan pada tahun-tahun yang sebelumnya, masyarakat sudah berbelanja jauh-jauh hari sebelum Lebaran. "Ini sebagai indikator kemampuan belanja masyarakat benar-benar mengandalkan pendapatan atau gaji dan tunjangan hari raya (THR)," ungkap Adhi S. Lukman, Ketua Umum Gapmmi, saat dihubungi KONTAN, Senin (17/7).

Padahal dalam pemberitaan KONTAN medio Mei lalu, sejumlah pelaku industri makanan dan minuman antusias menyambut Ramadan. Mereka heboh hingga harus ramai-ramai mengerek kapasitas produksi.

Pemain besar PT Indofood Sukses Makmur Tbk tak luput dari antusiasme. Perusahaan milik Grup Salim itu memilih mengoptimalkan utilitas pabrik yang ada. PT Nissin Foods Indonesia menambah jaringan distribusi di dalam negeri. Sasaran lokasinya di luar Jawa dan Bali.

Pemain lain, seperti PT Mayora Indah Tbk dan PT Singa Mas Indonesia juga tak ketinggalan. Sepanjang kuartal I 2017, Singa Mas Indonesia meningkatkan volume produksi 20%-30% dibandingkan periode sama pada tahun lalu. (baca juga halaman 4)

Lantaran momentum Ramadan tak berdampak signifikan,  Gapmmi menyebut omzet industri makanan dan minuman sepanjang semester I 2017 mengecewakan. Hanya saja, Gapmmi tak membeberkan nilai omzet yang dimaksud.

Setali tiga uang, pelaku industri juga melaporkan keluhan serupa. Tanpa menyebutkan nilai, Presiden Direktur PT Kino Indonesia Tbk Harry Sanusi mengatakan, penjualan Kino Indonesia semester I 2017 belum baik.

Harapan di semester II

Oleh karenanya, pada semester II 2017 ini Gapmmi berharap agar pemerintah bisa mendorong peningkatan daya beli masyarakat lewat anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Asosiasi tersebut juga meminta pemerintah tak mengeluarkan regulasi  kontraproduktif dengan situasi saat ini. Sebab, segala regulasi pemerintah bisa mempengaruhi daya beli konsumen.

Sembari wait and see, Gapmmi masih mempertahankan target pertumbuhan penjualan industri makanan dan minuman sebesar 8,5% pada tahun ini. "Ekspor juga masih stagnan, tahun lalu hanya tumbuh 2,8%," kata Adhi

Adapun Kino Indonesia akan berusaha memacu penjualan lewat produk baru. Perusahaan berkdode saham KINO di Bursa Efek Indonesia tersebut menyiapkan produk  Larutan Cap Kaki Tiga Anak.

Kino Indonesia mengincar pertumbuhan penjualan antara 4%-5% sepanjang tahun ini. "Tren semester kedua kelihatannya bisa lebih baik dari semester pertama," ujar Harry kepada KONTAN, Senin (17/7).

PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk juga masih melihat peluang pertumbuhan pada paruh kedua tahun ini. Hanya saja, Desilina, Sekretaris Perusahaan PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk, belum bersedia membagikan banyak informasi. Dalam catatan KONTAN, Tiga Pilar membidik pertumbuhan penjualan 14% tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×