Reporter: Noverius Laoli | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Nasib peternak unggas, khususnya peternak layer (ayam petelur) tengah susah, seperti peribahasa sudah jatuh tertimpa tangga pula. Pasalnya, dalam enam bulan terakhir, harga telur ayam terus anjlok.
Saat ini, rata-rata harga telur ayam ditingkat peternak di kisaran Rp 13.800-Rp 15.000 per kilogram (kg). Namun di saat bersamaan, harga jagung untuk pakan ternak melonjak rata-rata Rp 4.000 per kg, bahkan ada yang sudah mencapai Rp 7.000 per kg. Otomatis harga pakan ternak pun melonjak karena 50% bahan pakan berasal dari jagung.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) Desianto Budi Utomo mengatakan, ketersediaan jagung di dalam negeri selama semester pertama tahun ini diprediksi mencukupi kebutuhan. Meskipun harus diakui, saat ini tidak mudah mendapatkan jagung.
Hal ini terjadi karena Kementerian Pertanian (Kemtan) menghentikan impor jagung. Akibatnya, terjadi persaingan di antara para peternak, baik peternak besar dan peternak kecil. Peternak kecil selalu kalah karena tidak dapat menyetok jagung dalam jumlah besar lantaran keterbatasan gudang dan modal.
Sementara, pemain besar masih bisa melakukan stok meskipun dalam jumlah terbatas. "Saat ini, harga jagung sudah mahal dan berada di atas harga yang ditetapkan pemerintah yang sebesar Rp 3.150 per kg," ujarnya kepada KONTAN, Rabu (1/3).
Desianto mengatakan, agar dapat terus bertahan, industri pakan harus kreatif mencari subtitusi jagung di luar gandum untuk pakan ternak. Sebab, Kemtan juga sudah mewacanakan tidak mengizinkan impor gandum pakan ternak lagi. Jadi, alternatif lainnya adalah mencari campuran pakan dari minyak kelapa sawit atawa CPO yang mengandung protein, meskipun jumlahnya tidak terlalu banyak yakni sekitar 7% untuk dicampur di pakan ternak.
Solusi industri besar
Direktur PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk Jemmy Wijaya menawarkan solusi bagi peternak layer. Ia bilang, CPI akan menurunkan harga pakan komplit menjadi Rp 4.500 per kg dan pakan konsentrat Rp 6.300 per kg.
Selain itu, Charoen juga sudah menyerap telur peternak dari Blitar Jawa Timur seharga Rp 15.500 per kg dengan volume rata-rata 20 ton telur per hari. "Harga yang kami tawarkan ini lebih tinggi dari harga pasaran sekarang yakni Rp 13.800 per kg," ujarnya. Charoen tidak memproduksi telur.
Selain itu, Charoen juga tidak akan menambah lagi budidaya ayam petelur yang sebelumnya sudah mencapai 2 juta ekor. Sejauh ini, market share pakan Charoen untuk pakan ayam petelur di seluruh Indonesia baru 16%. Sedangkan DOC ayam petelur menguasai 37%. Hanya 2% produksi digunakan untuk internal, dan 98% lainnya dijual ke peternak.
Sebagai solusi jangka panjang, Charoen janji akan mengatur waktu impor indukan ayam petelur sehingga tak menumpuk di satu waktu.
Edi Suryanto, Assistant Vice President PT Japfa Comfeed mengatakan, pihaknya tidak memiliki farm layer komersial dan aktif menyelenggarakan kampanye gizi terkait ayam dan telur dalam berbagai event. Japfa memberikan identitas pada semua telur infertil sehingga tidak bisa masuk ke pasar konsumsi dan hanya menjual telur retak ke karyawan dan digunakan untuk kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR).
Direktur Budi Daya dan Perbibitan Kementerian Pertanian Surahman Suwandi bilang, pemerintah mendukung upaya dari perusahaan yang membantu peternak rakyat. Ia menjanjikan, Kemtan segera menerbitkan aturan terkait penyediaan dan peredaran ayam telur yang akan terbit dua bulan lagi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News