kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.923.000   8.000   0,42%
  • USD/IDR 16.336   -95,00   -0,58%
  • IDX 7.175   32,87   0,46%
  • KOMPAS100 1.046   5,42   0,52%
  • LQ45 815   3,22   0,40%
  • ISSI 225   1,59   0,71%
  • IDX30 426   2,22   0,52%
  • IDXHIDIV20 506   2,00   0,40%
  • IDX80 118   0,61   0,52%
  • IDXV30 120   1,16   0,98%
  • IDXQ30 140   0,60   0,43%

Bos Esemka: Kami bukan mobil nasional, tapi kami murni Indonesia


Rabu, 14 Agustus 2019 / 13:51 WIB
Bos Esemka: Kami bukan mobil nasional, tapi kami murni Indonesia
ILUSTRASI. PABRIK MOBIL ESEMKA


Sumber: Kompas.com | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Esemka menolak disebut sebagai mobil nasional (mobnas) Indonesia. Pihak PT Solo Manufaktur Kreasi (Esemka) mengatakan, lebih cocok disebut mobil produksi Indonesia, ketimbang mobnas.

Eddy Wirajaya, Presiden Direktur PT Solo Manufaktur Kreasi (Esemka) mengatakan, status mobnas tidak tepat buat Esemka.

Sebab Esemka merupakan perusahaan swasta yang bergerak di bidang pembuatan atau produksi mobil di Indonesia, tepatnya melalui pabrik yang berlokasi di Boyolali, Jawa Tengah.

Baca Juga: Heboh isu Esemka Rebadge dari mobil China, benarkah?

"Kami bukan mobil nasional, tapi kami murni Indonesia. Kami produksi mobil di Indonesia dengan menggunakan tenaga dari Indonesia," ucap Eddy Wirajaya, Presiden Direktur PT Solo Manufaktur Kreasi (Esemka), di Jakarta, Selasa (13/8).

Para pekerja yang ada di pabrik itu juga diambil dari lulusan berbagai Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang ada di Solo Raya serta Jawa Tengah.

Eddy menegaskan bila Esemka sudah mulai beroperasi layaknya pabrik mobil lain tanpa adanya fasilitas khusus dari pemerintah. Kembali ke sejarah otomotif nasional, pemakaian kata mobnas di Esemka tidak tepat.

Kala itu pada pada 1996 Indonesia dituduh melanggar beberapa poin pada ketentuan General Agreements on Tariff and Trade (GATT). Selanjutnya pada 22 April 1998, badan penyelesaian sengketa (Dispute Settlement Body) WTO memutuskan bahwa program mobnas melanggar asas perdagangan bebas.

Proyek mobnas pun ditutup dan sejak itu tidak ada lagi istilah mobnas. "Kami juga menggunakan komponen dari perusahaan lokal untuk suku cadang. Investasi kami murni Indonesia, tidak ada dari pihak asing dan tanpa ada pak Jokowi, itu clear," kata Eddy. (Gilang Satria

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Alasan Kenapa Istilah Mobil Nasional Tidak Cocok pada Esemka",

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Digital Marketing for Business Growth 2025 : Menguasai AI dan Automation dalam Digital Marketing

[X]
×