kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.455.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.214   -59,00   -0,39%
  • IDX 7.748   5,23   0,07%
  • KOMPAS100 1.206   13,12   1,10%
  • LQ45 983   9,76   1,00%
  • ISSI 228   1,54   0,68%
  • IDX30 503   5,92   1,19%
  • IDXHIDIV20 607   6,89   1,15%
  • IDX80 138   1,21   0,89%
  • IDXV30 142   1,00   0,71%
  • IDXQ30 168   1,68   1,01%

Bos konstruksi dari Indonesia Timur


Rabu, 14 September 2016 / 12:44 WIB
Bos konstruksi dari Indonesia Timur


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Havid Vebri

JAKARTA. Turut membidani lahirnya PT Waskita Beton Precast Tbk, Jarot Subana kini dipercaya memimpin anak usaha PT Waskita Karya Tbk tersebut. Pada bulan Mei 2016 lalu, Jarot resmi menduduki kursi sebagai Direktur Utama Waskita Beton.

Sebelum meraih posisi puncak di Waskita Beton, Jarot telah menjabat sebagai Direktur Direktur Teknik & Operasi Waskita Beton sejak Oktober 2014. Pria kelahiran Yogyakarta, 29 Januari 1967 ini mengaku bangga ditunjuk menjadi bos perusahaan pelat merah ini. "Sebab saya terlibat langsung mempersiapkan pembentukan perusahaan ini," katanya kepada KONTAN belum lama ini.

Sejatinya, Jarot bukanlah orang baru di Waskita. Ia merintis karier di perusahaan induk, Waskita Karya sejak menamatkan kuliah di Jurusan Teknik Sipil Universitas Gajah Mada (UGM) sejak tahun 1992.

Bekerja di perusahaan konstruksi sudah menjadi cita-citanya sejak masa sekolah menengah atas (SMA). Sebenarnya, orang tua menginginkan Jarot menjadi guru dengan mendaftar di Sekolah Pendidikan Guru (SPG). Maklumlah ia lahir dan besar di keluarga guru. "Ayah saya seorang guru," ujarnya.

Namun, darah guru dari orang tuanya tidak mengalir dalam diri Jarot. Ia menolak masuk SPG dan memilih sekolah di SMA. Selama sekolah, Jarot kerap melihat pekerjaan proyek pembangunan di daerahnya. Ia tertarik melihat para pekerja lapangan dari Dinas Pekerjaan Umum yang tampak gagah menggunakan helm. 

"Di proyek-proyek di perkampungan itu ada orang yang memakai helm, pekerja-pekerja PU itu, saya terinspirasi dari situ menjadi pekerja proyek," ujar Jarot.

Meskipun orang tua menginginkan Jarot menjadi guru, tapi ia mengaku tetap diberikan kebebasan dalam memilih disiplin ilmu di luar yang diharapkan orang tua. Lantaran bercita-cita bekerja di proyek, ia lalu memilih mengambil kuliah jurusan teknik sipil di UGM.

Dalam benaknya saat itu, ingin meniti karier dengan menjadi pekerja proyek lapangan di luar Pulau Jawa, khususnya di daerah Indonesia bagian timur. Lulus kuliah tahun 1991, setahun kemudian ia resmi bergabung dengan Waskita Karya.

Di perusahaan ini, cita-citanya menjadi pekerja proyek lapangan di Indonesia bagian timur terkabul. Setelah menjalani training di Waskita, Jarot langsung dikirim ke Bali. Tak lama ini ia dikirim ke Flores, Nusa Tenggara Timur untuk mengerjakan proyek pasca terjadinya bencana alam di wilayah itu. "Itu tepatnya sekitar tahun 1993," ujarnya.  

Jarot bekerja di Flores sebagai staf teknis sampai tahun 1995. Pada 1996, ia dipromosikan menjadi Kepala Seksi Pengendalian dan dipindah ke daerah Kupang NTT.

Tidak lama berkerja di Kupang, Jarot kembali dipindah ke Timor Timur, sekarang menjadi negara Timor Leste dengan jabatan  yang sama. Namun karena di Timor Timur ada referendum untuk memisahkan diri dari Indonesia, pada 1999 Jarot kembali dipindah. Kali ini ia ditempatkan di Nusa Tenggara Barat (NTB) hingga tahun 2006 dengan jabatan sebagai Kepala Proyek.

Selamat bekerja di luar Pulau Jawa, sempat terbersit dalam benaknya untuk keluar dari perusahaan karena merasa peluangnya untuk kembali ke Jawa sangat tipis. Sementara bila terus berada di luar Jawa, maka prospek kariernya sulit berkembang. Namun berkat nasihat salah seorang seniornya, Jarot mengurungkan niat tersebut.

Setelah 14 tahun berkarya di luar Pulau Jawa, akhirnya Jarot mendapat kesempatan bekerja di proyek rehabilitasi Sungai Bengawan Solo di Sukoharjo, Jawa Tengah mulai pertengahan tahun 2006. Kesempatan ini menjadi titik balik karier Jarot, setelah ia sempat khawatir kariernya tidak berkembang selama bekerja di Indonesia bagian timur. 

Setahun setelah mengerjakan proyek Bengawan Solo, karier Jarot mulai menanjak. Pada akhir tahun 2007 ia dipindah ke Jakarta dengan jabatan sebagai Kepala Bagian Pengendalian Divisi Sipil.

Menduduki posisi yang lebih tinggi dari jabatan sebelumnya tidak membuat Jarot lupa diri. Ia tetap bekerja maksimal dan tetap bekerja sesuai target. Menurutnya, selama berkarya di Waskita, target yang ditetapkan tidak pernah meleset dari genggamannya. Itulah sebabnya dia dipercaya mendapatkan posisi yang lebih penting lagi. Djarot menduduki jabatan itu sampai tahun 2012.

Selanjutnya Jarot dipromosikan menjabat Kepala Divisi Precast dari tahun 2013 hingga 2014. Divisi inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya PT Waskita Beton Precast.

Jarot mengaku, banyak tantangan yang dihadapinya selama menjabat sebagai Kepala Divisi Precast. "Saya yang selama ini hanya mengikuti aturan dan target yang sudah ditetapkan perusahaan, kini harus melahirkan perusahaan baru dari nol," jelasnya.

Merintis perusahaan baru, ia bersama timnya memulai semuanya dari awal. Salah satu kendala terberat yang dihadapinya adalah merubah pola pikir rekan dan anggota timnya dari mindset konstruksi menjadi manufaktur dan harus mengikuti keinginan pasar.

"Mengikuti keinginan pasar, artinya produk yang dihasilkan bisa diterima," ujarnya. Ia juga mendatangkan konsultan untuk menyusun tahapan-tahapan yang diperlukan dalam mendirikan perusahaan baru tersebut.

Jarot pun bekerja ekstra membuat manual-manual precast. Ambil contoh seperti manual cara pengecoran, sampai teknis dan campurannya. Satu tahun kemudian Jarot dan timnya berhasil membuat prosedur baku pembuatan precast sampai semua detail teknisnya.

Ia juga langsung mensertifikasi prosedur tersebut. Dengan begitu, mereka sudah bisa menjual produk dengan prosedur yang telah mereka susun. Ia mengatakan, dalam prosedur itu, pihaknya tetap mengutamakan kualitas mutu sehingga setiap calon konsumen tertarik.

Memimpin Waskita Beton

Setelah menemukan prosedur baku terkait produksi precast, maka pada Oktober 2014, divisi ini benar-benar terpisah dari induknya dan menjadi anak usaha sendiri bernama PT Waskita Beton Precast.  Posisi Jarot yang sebelumnya Kepala Divisi Precast di Waskita Karya naik menjadi Direktur Teknik & Operasi Waskita Beton Precast.

Meskipun masa sulit telah dilewati, tapi bagi Jarot mengembangkan perusahaan baru ini tidak mudah. Tantangan utamanya adalah harus mampu merebut kepercayaan publik sehingga bisa dipercaya sebagai perusahaan precast yang terpandang. Dengan begitu, perusahaan tidak hanya mengandalkan proyek dari induk usahanya.

Sampai saat ini, 85% pekerjaan yang dilakukan merupakan pesanan dari induk usaha dan 15% lagi pesanan dari luar, seperti pesanan dari Pemerintah Provinsi DKI untuk membuat pembatas jalan busway dan tanggul sungai. Selain itu, ada juga pesanan dari perusahaan properti seperti Agung Sedayu.

Sementara di internal perusahaan, Jarot juga fokus memaksimalkan sumber daya manusia. Ia turut terlibat dalam menyeleksi calon karyawan baru agar kualitas yang didapatkan sesuai dengan harapan sehingga perusahaan bisa semakin maju dan kuat.

Ia ingin memastikan bahwa karyawan perusahaan ini benar-benar bisa disiapkan menjadi karyawan yang tangguh dan sesuai dengan visi dan misi perusahaan. Ia lebih mengutamakan menerima pekerja yang baru lulus kuliah karena lebih mudah dididik sesuai kebutuhan perusahaan.

Berkat kerja kerasnya, akhirnya Jarot mendapatkan kepercayaan memimpin PT Waskita Beton Precast pada bulan Mei 2016. Di bawah kendalinya, Waskita Beton sudah menyiapkan sejumlah hajatan besar. Salah satunya adalah menyiapkan rencana penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham. Perusahaan siap melepas 10,54 miliar lembar sahamnya ke publik pada 20 September 2016.

Berdasarkan prospektus ringkas yang dipublikasikan Jumat (9/9), perseroan mengumumkan akan melepas 10,54 miliar lembar saham atau 40% dari modal ditempatkan dan disetor penuh dalam perseroan setelah penawaran umum ini.

Lantaran minat atas saham perdananya cukup besar, Waskita Beton menetapkan harga saham IPO di level atas, yakni Rp 490 per saham. Dengan begitu, perseroan mendulang dana Rp 5,16 triliun dari hajatan IPO. Perolehan dana ini membuat Waskita Beton menjadi perusahaan yang meraih dana IPO terbesar dalam rentang lima tahun terakhir.

Menurut Jarot, sebesar 56% dari dana IPO akan digunakan untuk mengerjakan proyek yang berkaitan dengan kegiatan operasional. Lalu sisanya 44% digunakan untuk memenuhi pertumbuhan permintaan beton.

Perinciannya: sebesar Rp 2,15 triliun digunakan untuk pengembangan pabrik pracetak, Rp 400 miliar untuk belanja modal pengembangan batching plant. Lalu, Rp 715 miliar untuk pembelian peralatan, dan Rp 300 miliar untuk pembelian truck mixer.

Ia menargetkan jumlah pabrik pracetak hingga lima tahun ke depan bertambah dari 8 pabrik saat ini menjadi 12 pabrik. Ada pun kapasitas produksi ditargetkan naik menjadi 3,8 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung Supply Chain Management on Distribution Planning (SCMDP)

[X]
×