Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati menyatakan, Indonesia masih menghadapi beberapa tantangan dalam mencapai keamanan energi, seperti ketergantungan pada bahan bakar fosil, penurunan produksi minyak, dan peningkatan terus menerus dalam permintaan energi nasional.
"Keamanan energi merupakan prioritas utama bagi Indonesia, oleh karena itu kita perlu mengurangi ketergantungan pada impor dengan mendiversifikasi energi, mengoptimalkan sumber daya energi lokal sambil memperluas akses ke sumber energi yang lebih bersih," ujar Nicke dalam keterangan resmi, Selasa (14/11).
Menurut Nicke, Indonesia adalah jalur strategis untuk rantai pasokan global dalam transisi energi, kaya akan sumber energi terbarukan dan bahan-bahan penting yang dibutuhkan untuk transisi energi, seperti Nikel, Bauksit, Tembaga, termasuk potensi untuk NRE, Solusi Berbasis Alam (NBS), dan CCUS.
Nicke menyebutkan bahwa untuk memanfaatkan potensi penting Indonesia, Pertamina memainkan tiga peran penting dalam membentuk lanskap energi.
Baca Juga: Pertamina dan Sinopec Jalin Kerja Sama Transisi Energi di Hulu-Hilir Migas
Pertama, memastikan ketahanan energi Indonesia dengan meningkatkan kapasitas pasokan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
Kedua, memobilisasi sumber daya domestik untuk mengurangi defisit perdagangan minyak dan gas dengan meningkatkan penggunaan sumber energi domestik.
Ketiga, melakukan dekarbonisasi, efisiensi energi, dan transisi energi, dengan target Emisi Net Zero (NZE).
Dia menjelaskan lebih lanjut, Pertamina telah mengembangkan inisiatif strategis yang komprehensif, mencakup dekarbonisasi operasional, mendirikan bisnis emisi karbon rendah, dan melaksanakan program penurunan karbon.
“Dukungan kuat kami terhadap NZE melibatkan transformasi cara kami menjalankan bisnis dan mengelola operasi perusahaan untuk memprioritaskan keberlanjutan," kata Nicke.
Namun, dia mencatat bahwa Indonesia masih menghadapi hambatan dalam mempercepat transisi energi, seperti akses ke pembiayaan yang kompetitif, kemajuan teknologi, pendanaan tahap awal, dan peningkatan kemampuan sumber daya manusia.
"Oleh karena itu, untuk benar-benar berhasil dalam transisi energi ini, kita menyadari pentingnya dukungan yang tepat dan dorongan melalui kemitraan strategis. Saya percaya bahwa bisnis berkelanjutan dibangun melalui kekuatan kolaborasi dan kemitraan," pungkas Nicke.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News