Reporter: Gentur Putro Jati | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Tinggal satu setengah bulan lagi, lapangan gas alam cair (LNG) Tangguh mulai produksi perdana atau first drop.
Menurut Kepala Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) Raden Priyono, saat ini pembangunan proyek Tangguh yang dioperasikan BP Indonesia telah selesai dan saat ini sedang memasuki tahap commissioning atau memastikan seluruh sistem produksi berjalan dengan baik.
"First drop LNG train 1 diperkirakan akan dilakukan pada pertengahan April 2009, sementara untuk train 2 akan dilakukan sebulan kemudian." kata Priyono, akhir pekan lalu.
Seperti diketahui, LNG dari Train 1 dan Train 2 akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan pembeli di Fujian, China sebanyak 2,6 mtpa (million tonnes per annum), SK Power dan POSKO Korea masing-masing sebanyak 0,55 mtpa serta West Cost Amerika Serikat sebesar 3,7 mpta.
Proyek Tangguh yang terletak di teluk Bintuni, Papua Barat mencakup dua kegiatan yaitu pembangunan kilang LNG berkapasitas 7,6 mtpa dan pengembangan lapangan gas. Sampai akhir tahun lalu, pengembangan proyek tersebut telah mencapai 96,1%.
Sementara, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro menolak untuk mengaitkan kemungkinan pemerintah akan mendesak harga jual yang tinggi dalam negosiasi harga LNG Tangguh bersama pemerintah China. Dengan cara menjanjikan China National Petroleum Corporation (CNPC) sebagai calon mitra PT Pertamina (Persero) di Natuna D Alpha.
"Itu dua hal yang berbeda, negosiasi harga LNG Tangguh itu dipimpin Menko Perekonomian Sri Mulyani. Sementara kalau mencari mitra Natuna D Alpha itu urusannya Direktur Utama Pertamina," kata Purnomo.
Sampai saat ini, pemerintah masih melakukan negosiasi dengan pihak China untuk mendapatkan perbaikan harga jual LNG Tangguh ke Provinsi Fujian. Harga jual LNG Tangguh disepakati saat kontrak disepakati hanya 2,4 dolar AS per MMBTU, dengan patokan harga minyak mentah 25 dolar AS per barel. Meski kemudian, harga dinegosiasikan kembali di tahun 2006, dan diperoleh harga 3,8 dolar AS per MMBTU.
Sedangkan harga-harga LNG dari kilang lain, seperti Bontang jauh lebih tinggi. Misal
LNG Bontang untuk ekspor ke pasar Jepang, Indonesia mendapatkan harga 20 dolar AS per MMBTU, dengan patokan harga minyak 110 dolar AS per barel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News