Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Amailia Putri
JAKARTA. Produsen kain ban PT Indo Kordsa Tbk berupaya memperkuat posisi laba lewat meningkatkan produksi. Penambahan volume produksi bakal menjadi katalis membengkaknya beban produksi perusahaan berkode saham BRAM ini.
Dalam waktu dekat, BRAM memiliki satu lini mesin baru yang sudah hadir menjelang akhir semester I-2013. Manajemen Indo Kordsa memperkirakan mesin itu sudah bisa beroperasi paling lambat bulan September nanti. "Sebab, laba juga ditentukan dari volume (produksi) yang bisa kami hasilkan," ujar Frans Budi Pranata, Direktur Keuangan Indo Kordsa belum lama ini.
Kini, kapasitas produksi BRAM sebesar 41.000 ton tire cord fabric (TCF) dan 42.000 ton poliester per tahun. Adapun, rata-rata utilisasi pabrik sudah mencapai 90%. Sehingga, penambahan mesin baru memang diperlukan.
Selain meningkatkan produksi, mesin baru ini juga bisa membantu perusahaan untuk melakukan efisiensi. Asal tahu saja, biaya produksi Indo Kordsa sepanjang Januari-Juni 2013 sangat tinggi.
Mengutip laporan keuangan perusahaan, beban pokok penjualan per akhir Juni 2013 mencapai 91,67% dari total penjualan bersih perusahaan. Adapun, total penjualan bersih BRAM US$ 91,49 juta.
Jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu, porsi maupun angka riil beban itu meningkat. Juni tahun lalu, perusahaan itu hanya mengeluarkan sekitar 86,46% dari hasil penjualan bersih yang sebesar US$ 87,62 juta.
Beban penjualan yang melambung ini membuat laba kotor BRAM terperosok dari US$ 11,86 juta menjadi hanya US$ 7,61 juta. Hal itu masih harus ditambah sejumlah beban lain, seperti beban penjualan, beban umum, dan administrasi, serta beban lain-lain.
Tak pelak, laba usaha dan laba bersih BRAM anjlok masing-masing sekitar 84% dan 91%. Sebagai gambaran, di enam bulan pertama, laba usaha BRAM hanya US$ 2,07 juta. Padahal Juni 2012 angkanya mencapai US$ 13,41 juta.
Sedangkan laba bersih BRAM di akhir semester pertama 2013 hanya US$ 726.216. Di akhir kuartal II-2012, BRAM mampu mengantongi laba bersih hingga US$ 8,24 juta. Menurut Frans, beban produksi bengkak akibat harga bahan baku naik.
Rata-rata kenaikan harga bahan baku di sepanjang semester pertama tahun ini 8% sampai 10%. Maka itu, kenaikan penjualan bersih nan tipis tidak mampu menutup beban produksi.
Penjualan bersih BRAM di akhir kuartal II-2013 sebesar US$ 91,49 juta. Angka ini naik sekitar 4,41% dibanding periode yang sama tahun lalu yang sebesar US$ 87,62 juta. Sayang, Frans tidak menyebut berapa target penurunan beban. Hingga Juni, BRAM telah menggunakan US$ 16 juta belanja modal (capex) atau 20% dari total alokasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News