Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Selain itu, terdapat pula tantangan untuk menyediakan teknologi yang mampu menjaga kualitas buah tetap baik sampai tiba di Rusia. Tentunya penyelesaian persoalan ini perlu campur tangan pemerintah.
Ia bilang, penting setiap kementerian dan lembaga memperkuat berkoordinasi untuk bisa mendorong peningkatan ekspor. Wahid menyatakan, seperti dalam hal teknologi, di mana Batan ternyata sudah menemukan teknologi yang disebut super gama untuk bisa menjaga kulitas buah saat diekspor.
Baca Juga: Pertanian di lahan gambut juga bisa hasilkan nanas berkualitas standar ekspor
Oleh sebab itu, dirinya sudah berupaya untuk menghubungkan temuan tersebut dengan dengan Kementerian Pertanian. "Saya ketemu dengan Batan, ini sudah dihubungkan dengan Kementan, mudah-mudahan dilakukan (kerja sama). Jadi teknologi super gama ini, misal kita ekspor mangga atau pisang, itu 40-45 hari seklipun untuk sampai di sana masih hijau, masih bagus," ungkapnya.
Di sisi lain, tingginya potensi buah asal Indonesia di pasar Rusia juga nampak dari pasokan buah tropis yang sering kali didapati habis di berbagai pasar swalayan. Padahal harga-harga yang dibanderol terbilang mahal.
Baca Juga: Ekspor produk pertanian dan rempah melesat di saat pandemi
Wahid menyebutkan, buah naga dijual sekitar Rp 94.000, nanas Rp 151.000, rambutan Rp 70.000, serta manggis Rp 80.000. Buah-buahan yang dijual tersebut memiliki ukuran yang terbilang standar, bahkan terkadang kecil.
"Artinya memang ada market disana. Nah ini yang kita dorong , kita masih punya prospeknya," pungkas dia.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Buah-buahan Indonesia Punya Peluang Pasar di Rusia"
Penulis : Yohana Artha Uly
Editor : Erlangga Djumena
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News