kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Budidaya ikan gabus bisa mencegah kebakaran hutan di lahan gambut


Senin, 25 Oktober 2021 / 18:12 WIB
Budidaya ikan gabus bisa mencegah kebakaran hutan di lahan gambut
ILUSTRASI. Asap membubung tinggi dari lahan yang terbakar di Desa Ujung Batu, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, Minggu (1/8/2021). ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/rwa.


Reporter: Lamgiat Siringoringo | Editor: Lamgiat Siringoringo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menjaga lingkungan dengan kegiatan bisnis harusnya bisa berjalan selaras. Misalnya saja untuk mencecah kebakaran lahan maka bisa dicegah dnegan budidaya ikan. Hal ini dilakukan oleh sekelompok masyarakat di Kabupaten Siak, Provinsi Riau yang membudidayakan ikan gabus.

Kegiatan di Kabupaten Siak ini dapat menjadi percontohan bagaimana kepentingan ekonomi dan pelestarian lingkungan dapat berjalan beriringan. Masyarakat Desa Buantan Besar dan Dayun melakukan praktrik budidaya di wilayah lahan gambut. Upaya ini membuat lahan gambut tetap basah, sehingga memperkecil potensi kebakaran lahan akibat kekeringan, di sisi lain memberi kesempatan masyarakat mendapat sumber penghasilan baru.

“Itu yang diharapkan bagaimana masyarakat itu bisa memiliki pemikiran, mereka berbudidaya ikan gabus di lahan gambut sehingga gambutnya terjaga, tetap basah, tidak terjadi kebakaran hutan dan lahan (karhutla), dan ada pendapatan baru untuk masyarakat, jadi tidak terfokus mesti menanam sawit saja,” terang Asisten 1 Setda Siak Budhi Yuwono, dalam webinar The Road to COP26, Senin (25/10).

Ia menyampaikan inisiatif ini awalnya muncul akibat keresahan masyarakat terhadap karhutla yang datang setiap tahunnya. Pemerintah Kabupaten Siak awalnya coba melakukan penanganan dengan rajin melakukan pemadaman karhutla yang terus berulang sejak tahun 1990-an. Mereka lantas menganalisis sebab kebakaran dan mendapatkan, lahan gambut kering akibat ditanami kelapa sawit menjadi akar masalah yang perlu mereka selesaikan.  

Beragam inovasi seperti paludikultur atau pemanfaatan lahan rawa dan gambut yang dibasahi kembali secara produktif sudah sempat diterapkan sampai akhirnya sampai pada solusi lewat budidaya ikan gabus. “Ikan gabus ini adanya di rawa-rawa gambut. Jadi kita melihat adanya potensi ikan gabus terhadap ekonomi, lewat ekstrak albumin dan lain sebagianya,” cerita Budhi.

Besarnya potensi dari ikan gabus sebagai komoditas ini kemudian memacu lahirnya PT Alam Siak Lestari (ASL), perusahaan yang fokus melakukan riset dan pengembangan produk. “Kita membeli ikan yang dibudidayakan masyarakat, kita sediakan pasarnya. Kita yang mengubah ikan gabus itu menjadi albumin yang bermanfaat untuk masyarakat,” terang Direktur PT Alam Siak Lestari (ASL) Musrahmad Igun dalam kesempatan yang sama.

ASL sendiri adalah perusahaan yang pemegang sahamnya adalah Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) dari Buantan Besar dan Dayun. ASL dikelola sekumpulan anak muda setempat sehingga masyarakat dapat merasakan langsung manfaat budidaya. Mereka juga bertanggung jawab dalam menjamin kualitas albumin yang dihasilkan dari proses ekstraksi.

Dampak dari budidaya ikan gabus juga tidak bisa dipandang sebelah mata. Penghasilan masyarakat yang terlibat dalam budidaya gabus bahkan dua kali lipat lebih tinggi dibanding penghasilan saat menjadi petani sawit. Perhitungan kasarnya, 1 kg ikan gabus dijual Rp 45.000. Sementara 1 kg gabus dapat menghasilkan 10 gram ekstrak albumin yang dapat dijual hingga Rp 70.000 . Artinya ada nilai tambah sampai 56 persen.

Praktik budidaya ikan gabus di Kabupaten Siak ini juga menjadi salah satu contoh kolaborasi yang melibatkan berbagai stakeholder. Pemerintah desa mengambil peran dalam pembuatan aturan dan persiapan kolam, pembelian pakan dan bibit, serta operasional. Sementara Pemerintah Kabupaten Siak menyalurkan anggaran lewat program dana Transfer Anggaran Kabupaten Berbasis Ekologi (TAKE).

Aktivitas ekstraksi dan pengembangan seperti yang sudah dijelaskan menjadi tanggung jawab ASL yang merupakan perusahaan milik masyarakat. Ada juga dukungan dari Agrapana Bio Indoneisa mitra riset dan investor dari program ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×