Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan rencana pembangunan 17 unit kilang minyak baru akan sepenuhnya dilakukan di dalam negeri.
Pembangunan kilang tersebut berskala kecil atau small refinery dan bukan di Amerika Serikat (AS) seperti yang sempat disalahartikan oleh media.
Airlangga menjelaskan, proyek ini merupakan bagian dari strategi besar Presiden Prabowo Subianto untuk meningkatkan produksi Bahan Bakar Minyak (BBM) nasional secara merata dan efisien.
"Jadi kalau misalnya kita mau membeli refinery, dan kembali refinery salah satu penerbitan [media] salah. Kita tidak membangun refinery di Amerika Serikat, tapi membangun refinery di Indonesia. 17 unit refinery di Indonesia sifatnya small refinery, Pak Presiden mengarahkan kebutuhan itu dipecah tidak disatu karena logistiknya akan lebih murah, lebih mudah dan lebih efisien," kata Airlangga dalam agenda di YouTube, Senin (27/7).
Airlangga menerangkan, pembangunan 17 kilang ini akan mengandalkan skema engineering, procurement, and construction (EPC) dari Amerika Serikat. Artinya, peralatan dan teknologi kilang dibeli dari AS, namun seluruh pembangunan fisik dilakukan di Indonesia.
Baca Juga: Komisi XII DPR Desak Hapus PPN Intermediate untuk Perkuat Industri Hilirisasi Mineral
“Dan itu yang dibeli di Amerika adalah engineering procurement dan construction, EPC-nya, sehingga ekipmen itu nanti dibawa di Indonesia,” tegas Airlangga.
Adapun, rencana ini sekaligus menjadi bagian dari penyelesaian negosiasi dagang antara Indonesia dan AS. Presiden Prabowo disebut turut mengambil peran dalam diplomasi tingkat tinggi untuk memastikan kesepakatan berjalan lancar.
“Pak Presiden mendikte saya apa yang harus dibeli oleh Indonesia, satu energi sejumlah US$ 15.5 miliar, dua pembelian agrikultur sekitar US$ 4,5 miliar kemudian kalau yang lain tambahan saja itu,” ujar Airlangga.
Dengan dibangunnya 17 kilang minyak baru, pemerintah berharap kapasitas produksi BBM domestik bisa meningkat signifikan. Selain memperkuat cadangan energi nasional, proyek ini juga diperkirakan akan menyerap investasi besar dan menciptakan lapangan kerja bagi tenaga lokal.
“Kalau kita mau swasembada energi, maka produk refinery atau BBM itu harus kita produksi sendiri,” tutup Airlangga.
Diberitakan sebelumnya, Chief Executive Officer (CEO) Danantara, Rosan Roeslani mengungkapkan terkait rencana pemerintah yang akan menyiapkan 17 proyek kilang minyak sebagai bagian dari komitmen kerja sama dengan perusahan-perusahaan asal Amerika Serikat (AS).
Langkah ini dilakukan untuk menyesuaikan dengan rencana peningkatan impor minyak mentah (crude oil) dari AS ke Indonesia.
Menurutnya, minyak mentah yang diimpor dari AS memiliki karakteristik yang berbeda dengan minyak mentah yang biasa diolah di Tanah Air.
Oleh karena itu, kilang modular tersebut akan dirancang untuk memiliki spesifikasi yang menyesuaian karakteristik minyak mentah AS.
"Nah refinery itu harus sesuai dengan karakteristik dari setiap crude oil yang diimpor kalau dari Amerika, investasinya juga kita sesuaikan, refinery nya juga dari karakteristik crude oil dari negara tersebut," ujar Rosan kepada awak media di Jakarta, Selasa (29/7).
Rosan menyebut bahwa proses penjajakan saat ini masih berjalan, termasuk kajian lokasi kilang dan model bisnisnya.
"Nah, itu kita masih coba investasikan [diskusikan] awal bersama-sama dengan ESDM juga, lokasi-lokasinya, karena kembali lagi, ini kan Small Modular. Nah, ini juga dikaji, dan kami dari Danantara, ya kita akan nanti mengkaji juga, gitu," jelasnya.
Meski baru berada di tahap awal, ia memastikan seluruh proses pengambilan keputusan akan mengacu pada regulasi Indonesia dan dilakukan secara hati-hati.
Baca Juga: Properti Jakarta Masih Potensial, REI Dorong Proyek Ramah Lingkungan
Selanjutnya: Pengimpor di Luar Negeri Telat Bayar, Bisa Mengancam Realisasi DHE SDA
Menarik Dibaca: Promo Hypermart Weekday 29-31 Juli 2025, Ayam Kampung Diskon hingga Rp 22.000
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News