Reporter: Fahriyadi | Editor: Fahriyadi .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah Gojek dikabarkan akan meluncurkan fitur negosiasi pada layanannya, langkah serupa terpantau juga dilakukan oleh Grab yang memperkenalkan fitur Bisa Nego yang berlaku bagi layanan dua roda dan juga empat roda aplikator tersebut. Informasi terkait fitur tersebut sudah dikomunikasikan melalui situs resmi Grab.
Langkah Grab ini menambah jumlah aplikator transportasi online yang memperkenalkan fitur negosiasi. Berbeda dengan Gojek yang hanya menerapkan fitur ini di layanan dua roda, fitur Bisa Nego milik Grab berlaku bagi layanan dua roda dan empat rodanya. Lebih lanjut, di Gojek fitur tersebut merupakan opsi yang bisa dipilih driver dan bagi konsumen yang ingin harga lebih murah serta harus disepakati bersama. Sementara dikutip dari situs resmi Grab, fitur nego milik Grab bisa digunakan sebagai opsi pembayaran layanan GrabBike Hemat dan GrabCar Hemat untuk mendapatkan layanan yang justru makin murah lagi melalui proses negosiasi.
Pakar Ekonomi Digital sekaligus ekonom Universitas Airlangga (Unair), Rumayya Batubara, menilai langkah Gojek dan Grab menghadirkan fitur Nego ini sebagai sebuah upaya untuk meraih pangsa pasar di segmen-segmen konsumen yang sensitif terhadap harga. Sebab fitur tersebut akan menguntungkan bagi semua pihak, utama mereka yang berdaya beli rendah. Berdasarkan riset yang pernah ia lakukan bersama Research Institute of Socio-Economic Development (RISED) menyebutkan bahwa willingness to pay masyarakat di luar Jawa masih rendah untuk transportasi ojol.
Lebih lanjut Rumayya juga mengatakan bahwa jika diterima dengan baik di pasar, fitur ini bisa menguntungkan bagi semua pihak. Pertama dari sisi penumpang sebagai konsumen jika memerlukan mereka bisa mendapatkan harga atau tarif transportasi yang ekonomis atau sesuai dengan kemampuan. Lalu yang kedua, dari sisi driver ojek online (ojol) terutama bagi yang selama ini mengeluhkan tidak pernah dapat banyak order, fitur ini berpotensi untuk mendapatkan pelanggan atau order lebih banyak dan potensi pendapatan juga bertambah.
Hal serupa juga diucapkan oleh Nailul Huda, Direktur Ekonomi Digital CELIOS, yang menilai bahwa, pada dasarnya konsumen pengguna transportasi di Indonesia memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Karakter yang lebih mementingkan kecepatan sampai di lokasi dibandingkan tarif, lalu karakter yang suka cepat tapi juga harus nyaman, dan karakteristik yang tidak diburu waktu dan menginginkan tarif yang lebih murah. Oleh karena itu, menurut Nailul, untuk menjangkau seluruh segmen tersebut perusahaan ride hailing atau aplikator harus memiliki inovasi layanan yang sesuai untuk masing-masing segmen tersebut.
Sebelumnya, dalam laporan JP Morgan di bulan Agustus juga pernah dipaparkan potensi berpindahnya segmen konsumen yang berdaya beli rendah di kota-kota kecil ke aplikator transportasi online yang menggunakan preposisi harga murah. “Dengan model bisnis yang sangat sederhana dengan nilai investasi yang rendah dan tidak berfokus pada pengalaman pengguna , memungkinkan aplikator-aplikator tersebut untuk menawarkan harga yang begitu rendah di kota-kota yang lebih kecil,” tulis JP Morgan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News