kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bukukan rugi bersih di semester pertama, begini penjelasan Darmi Bersaudara (KAYU)


Minggu, 02 Agustus 2020 / 22:31 WIB
Bukukan rugi bersih di semester pertama, begini penjelasan Darmi Bersaudara (KAYU)
ILUSTRASI. PT Darmi Bersaudara Tbk - Perusahaan bergerak di sektor perdagangan umum dengan berbagai produk termasuk kayu olahan sebagai komoditinya. Berkantor pusat di Surabaya Jawa Timur dengan area produksi dan pengolahan kayu yang disewa berlokasi di Gresik Jawa


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Paruh pertama tahun ini tampaknya menjadi periode yang cukup berat bagi PT Darmi Bersaudara Tbk. Emiten berkode saham “KAYU” tersebut membukukan rugi bersih sebesar  Rp 628,80 juta di semester I 2020. Posisi tersebut berbalik dibanding kondisi semester I 2019 ketika KAYU membukukan laba bersih  Rp 379,89 juta.

Rugi bersih yang dibukukan didapat ketika KAYU membukukan pertumbuhan penjualan. Asal tahu saja, penjualan bersih KAYU melesat 144,44% secara tahunan atau year-on-year (yoy) menjadi Rp 29,30 miliar di semester I 2020.

Baca Juga: Pernah Untung di Saham BUMI, Ini Strategi Investasi Saham Direktur KAYU Lie Kurniawan

Kenaikan ini terjadi seiring adanya tambahan modal kerja untuk membeli kayu log serta membayar jasa maklon pasca melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2019 lalu. Sebelumnya, penjualan bersih  Rp 11,98 miliar di semester I 2019.

Direktur Independen PT Darmi Bersaudara Tbk, Lie Kurniawan menjelaskan, rugi bersih yang didapat disebabkan oleh pengeluaran-pengeluaran tetap yang terus berjalan di saat penjualan ekspor perusahaan terganggu akibat lockdown.

“Di bulan April dan Mei 2020 perseroan tidak bisa ekspor ke India akibat lockdown, sementara biaya-biaya terus berjalan,” jelas Lie ketika dihubungi Kontan.co.id pada Minggu (2/8).

Di sisi lain, sebagai konsekuensi logis dari penjualan yang meroket, beberapa pos beban pengeluaran KAYU juga ikut terungkit. Beban pokok penjualan misalnya, tercatat naik 226,21% yoy menjadi Rp 33,66 miliar di semester I 2020. Sebelumnya, beban pokok penjualan KAYU hanya mencapai Rp 10,31 miliar pada semester I 2019 lalu.

Kenaikan pengeluaran juga dijumpai pada pos pengeluaran lain seperti beban penjualan serta beban umum dan administrasi. Melansir laporan keuangan perusahaan, beban penjualan KAYU naik 156,14% dari Rp 476,07 juta di semester I 2019 menjadi Rp 1,21 miliar pada semester I 2020.

Baca Juga: Darmi Bersaudara (KAYU) Memangkas Target Kinerja Tahun Ini

Sementara itu, beban umum dan administrasi KAYU naik 160,25% yoy dari Rp 556,23 juta di semester I 2019 menjadi Rp 1,44 miliar di semester  I 2020.

Terlepas dari tantangan yang dijumpai di paruh pertama tahun ini, KAYU masih akan memacu kinerja guna mengejar target. Sampai tutup tahun nanti, perusahaan membidik penjualan sebesar Rp 57,76 miliar dengan laba bersih sebesar Rp 708 juta.

Target tersebut merupakan target revisi yang disampaikan pada rapat pemegang umum saham tahunan (RUPST) pada 16 Juni 2020 lalu.

Untuk mengejar target, KAYU masih akan berfokus menggarap pasar ekspor India. Perusahaan menilai, meski penjualan ekspor ke negara tersebut sempat terkendala kebijakan lockdown, India masih memiliki potensi pasar yang menjanjikan.

Oleh karena itu, alih-alih mencari pasar baru, KAYU masih ingin fokus meningkatkan penetrasi pasar di India. Hal ini sekaligus dilakukan sebagai langkah antisipasi agar KAYU bisa mempercepat penjualan produk. Tujuannya adalah sebagai langkah antisipasi kalau-kalau India kembali memberlakukan lockdown nanti.

Baca Juga: Gara-gara corona, pencarian lahan untuk pabrik baru Darmi Bersaudara (KAYU) ditunda

Catatan saja, India memang merupakan target pasar utama KAYU. Sepanjang semester I 2020 lalu, penjualan produk semi furnish perusahaan ke negara tersebut tercatat sebesar Rp 27,66 miliar atau setara dengan 94,41% dari total penjualan di semester I 2020. Sebagian kecil penjualan sisanya menyasar pasar Nepal.

Sampai akhir Juni 2020 lalu, KAYU sudah menyerap belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 4 miliar dari total anggaran capex Rp 5 miliar. Meski belum memiliki pabrik sendiri, serapan capex tersebut dipergunakan untuk membeli mesin-mesin produksi.

Tujuannya tidak lain adalah untuk menopang kinerja mitra penyedia jasa maklon yang bekerja sama dengan perusahaan.

“Kalau kami sudah sediakan mesin, ada kepastian bahwa  produk kami akan dikerjakan oleh mitra kami,” jelas Lie.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×