Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perum Bulog mencatat hingga saat ini terdapat 20.000 ton stok beras yang mengalami penurunan mutu. Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan beras tersebut akan dilepaskan atau didisposal dengan mekanisme lelang.
Budi menjelaskan, beras yang didisposal tersebut tidak akan dibuang, tetapi bisa diolah menjadi tepung terigu, untuk pakan ayam atau menjadi etanol bila ternyata beras tersebut tak bisa lagi dikonsumsi oleh manusia maupun hewan.
Baca Juga: Cadangan beras bencana alam senilai 39 miliar belum dibayar, ini kata Kemensos
Namun, dia juga memastikan, penentuan mutu beras setelah melalui proses pemeriksaan laboratorium yang direkomendasi Badan Ketahanan Pangan Kementan dan BPOM.
"Mekanismenya nanti dilelang, terserah pembeli mau dijadikan apa nanti. Misalnya dia lelang mau jadi tepung, ya harus jadi tepung. Kalau pakan ya jadi pakan. Ada perjanjiannya nanti," tutur Budi, Selasa (3/12).
Meski begitu, Budi juga mengatakan pihaknya belum bisa melakukan lelang karena belum ada keputusan dari pemerintah apakah selisih harga dari disposal tersebut akan diganti atau tidak. "Keputusannya belum ada. Tidak ada masalah, kami tinggal menunggu keputusan," tutur Budi.
Baca Juga: Beras Rusak 20.000 Ton, Bulog Terancam Rugi Rp 160 Miliar
Bila pemerintah setuju untuk mengganti harga selisih, Budi mencontohkan, bila nanti harga penjualan beras melalui skema lelang didapatkan Rp 5.000 per kg, sementara harga pembeliannya Rp 8.000 per kg, maka pemerintah perlu membayar selisih Rp 3.000 per kg.
Lebih lanjut, Budi menjelaskan beras yang turun mutu ini merupakan beras yang diadakan sejak tahun 2017. Dia mengatakan, masih ada potensi semakin banyak beras yang mengalami penurunan mutu, tetapi dia belum bisa memproyeksi berapa banyak beras yang bisa mengalami penurunan mutu.
Baca Juga: Bulog: Beras untuk bencana alam senilai Rp 39 miliar belum dibayar
"Nanti kalau dalam beberapa waktu ke depan beras yang di [gudang] Bulog tidak dimanfaatkan, ada potensi [beras turun mutu] bertambah. Tetapi berapa jumlahnya, kita belum tahu," ujar Budi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News