Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Hingga semester I 2017, Perum Bulog baru mampu menyerap gabah setara beras sebesar 1,3 juta ton. Angka ini turun dari periode yang sama tahun sebelumnya, di mana Bulog mampu mencatat penyerapan beras sebesar 1,8 juta ton.
Perum Bulog beralasan hal tersebut disebabkan panen yang berkurang, serta penetapan harga beras yang berada di atas Harga Pokok Produksi (HPP).
Menanggapi hal tersebut, pengamat pertanian, Khudori sepakat bahwa harga beras yang berada di atas HPP menyulitkan Bulog dalam mencapai target serapan. Namun, dia bilang, masa panen raya justru terjadi pada semester I.
Hingga akhir tahun, Bulog menargetkan akan menyerap beras sebesar 2,5 juta ton hingga 2,7 juta ton. Melihat target ini, Khudori justru menilai target tersebut akan sulit dicapai. Pasalnya, panen raya justru berlangsung pada Februari - Mei. Pada rentang waktu tersebut, produksi mencapai 65% dari produksi nasional.
"Dalam kondisi normal, serapan Bulog saat panen raya mestinya minimal 65% dari target serapan. Bahkan lebih besar dari itu. Karena produksi melimpah dan harga relatif lebih rendah dari musim gadu dan paceklik," terang Khudori, Senin (12/07).
Meski begitu, Khudori berpendapat, tidak hanya Bulog yang harus dituntut untuk dapat meningkatkan penyerapan beras. Menurutnya, harus ada kebijakan dari pemerintah supaya Bulog dapat menyerap beras dengan jumlah lebih besar.
" Untuk membuat Bulog bisa menyerap dengan jumlah besar ,berilah BUMN ini instrumen yang diperlukan. Selama ini instrumen itu gak ada," tutur Khudori.
Bulog mengaku saat ini, Bulog sudah menggandeng kelompok tani dan penggilingan padi untuk mau berkontribusi memenuhi serapan beras.
Sayangnya, menurut Khudori, penggilingan padi yang digandeng Bulog masih berskala kecil, dimana mereka pun mengalami kesulitan mendapatkan gabah dibandingkan penggilingan besar.
Dia bilang, pendekatan dengan kelompok tani justru lebih menarik karena mereka memberikan pinjaman pupuk dan sarana produksi, dan sebaliknya Bulog akan mendapatkan gabah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News