Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perum Bulog menargetkan akan menyalurkan beras sebanyak 500.000 ton agar bisa menyerap beras saat panen raya yang diperkirakan akan dimulai para akhir Maret hingga April tahun ini.
Guru Besar Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa mengatakan, target penyaluran yang ditetapkan Bulog tersebut masuk akal. Menurutnya, bila diasumsikan penyaluran Bulog sebanyak 500.000 ton selama Februari hingga April, maka penyaluran Bulog sepanjang tahun bisa sekitar 2 juta ton.
Baca Juga: Bulog tunda ekspor beras ke Arab Saudi, ini alasannya
"Kalau penyaluran tiga bulan itu 500.000 ton itu masuk akal. Tidak ada masalah saya kira. Kalau tiga bulan 500.000 ton, dikalikan 4 itu kan masih 2 juta ton. Itu masih jauh dibandingkan kapasitas gudang Bulog yang efektif sekitar 3 juta ton," ujar Dwi kepada Kontan, Kamis (27/2).
Menurutnya, yang jadi masalah bila Bulog tidak bisa menyalurkan beras sebanyak 500.000 ton per tiga bulan. Dengan begitu, bisa jadi beras Bulog semakin penuh mengingat penyerapan terus terjadi.
Sebelumnya, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan, dengan menggelontorkan 500.000 ton beras hingga musim panen, maka stok beras Bulog akan menjadi 1,2 juta ton. Jumlah ini akan terus bertambah, dimana sepanjang Maret-April, Bulog juga menargetkan akan menyerap beras sebanyak 1,7 juta ton.
Baca Juga: Sampai akhir Februari, stok beras Bulog mencapai 1,7 juta ton
Dengan posisi gudang yang masih besar, Dwi pun mengatakan target tersebut mungkin direalisasikan. "Itu bisa dilakukan, karena gudangnya cukup. Kalau stok 1,7 juta ton, dilepaskan 500.000 ton, masuk lagi 1,7 juta ton, itu berarti 2,9 juta ton. Kapasitas Bulog kan sampai 3,5 juta ton," terang Dwi.
Namun, Dwi juga mengatakan, apakah target penyerapan tersebut bisa direalisasikan atau tidak, maka hal itu tergantung pada manajemen Bulog. Menurut dia, Bulog pun pernah menyerap beras di atas 2 juta ton. Berdasarkan data Bulog, Bulog pernah mengadakan beras sebanyak 2,96 juta ton di 2016, dan 2,16 juta ton di 2017.
Lebih lanjut, Dwi mengatakan, panen pertama di Maret-April merupakan kesempatan Bulog untuk menyerap beras. Pasalnya, setelah April, harga gabah akan meningkat. Bulog akan kesulitan menyerap beras lantaran harga pembelian gabah atau beras oleh Bulog diatur dalam Inpres Nomor 5 tahun 2015.
Baca Juga: Siap serap beras saat musim panen, Bulog segera gelontorkan 500.000 ton beras
Dengan penyerapan yang besar ini, Dwi pun mengatakan, Bulog seharusnya sudah memiliki rencana penyalurannya. Sejak Akhir September 2019, Bulog memang tidak lagi menyalurkan beras melalui program rastra. Rastra berubah menjadi program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), dimana pemasok berasnya terbuka ke pasar bebas.
Dwi keberatan bila BPNT dikembalikan menjadi rastra. Menurutnya, dengan program BPNT, penerima manfaat bisa mendapatkan beras dengan kualitas lebih tinggi dengan nominal yang diterima sama dengan rastra.
Baca Juga: Belum dapat izin impor gula, ini kata Bulog
Bila Bulog ingin penyalurannya lebih besar, maka Bulog harus meningkatkan kualitas berasnya, dan harus dilakukan restrukturisasi peran Bulog.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News