Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Bunga pinjaman yang ditetapkan oleh perbankan Indonesia lebih tinggi dibandingkan bunga pinjaman yang ditetapkan perbankan di negara Asia lainnya. Hal ini, menurut Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), mengambat daya saing pelaku usaha.
Rosan P. Roeslani, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perbankan dan Finansial Kadin mengatakan bahwa saat ini rata-rata bunga pinjaman bank di Indonesia sekitar 12% per tahun. "Ini bunga yang mahal sekali. Ini membebani pelaku usaha, dan menahan perkembangan daya saing industri," ujar Rosan pada Seminar Nasional Pembiayaan Investasi di Bidang Industri, pada Selasa (5/5).
Ia mencontohkan bunga pinjaman di Thailand adalah sekitar 6,5% per tahun, Filipina sebesar 5,5% per tahun, Singapura 5%, Malaysia 4% dan Korea Selatan 4,2%.
Nah, sekadar membandingkan, bunga acuan (BI rate) Indonesia per April sebesar 7,5%, Thailand 1,5%, dan Korea Selatan 1,75%. Sedangkan Bangko Sental ng Pilipinas menetapkan special deposit account 2,5%.
Dengan mahalnya bunga pinjaman dari bank komersial Indonesia, Kadin berharap pemerintah membentuk lembaga pembiayaan khusus industri. "Kami memerlukan alternatif pembiayaan untuk industri dengan bunga lebih rendah dan tenor dengan jangka lebih panjang jadi meringankan," ujar Rosan.
Dengan adanya suntikan modal dari pembiayaan perbankan diyakini bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi. "Kalau mau pertumbuhan ekonomi lebih tinggi, Indonesia memerlukan lembaga pembiayaan untuk industri," ujar Rosan.
Pasalnya dengan adanya pembiayaan, pelaku industri memiliki pendanaan untuk investasi lebih, peningkatan kapasitas produksi, sehingga menggulirkan pertumbuhan ekonomi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News