Reporter: Filemon Agung | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Insiden di pabrik smelter PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS) di Kawasan Industri Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) menelan 18 korban jiwa.
Akibat kasus kecelakaan kerja ini, desakan audit aspek keselamatan kerja pada seluruh fasilitas smelter kian menguat.
Insiden tersebut memunculkan pertanyaan terhadap kualifikasi aspek keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
Pengamat Ekonomi Energi UGM Fahmy Radhi mengatakan, insiden smelter ITSS menunjukkan investor smelter mengabaikan standar keamanan industri.
Menurutnya, pemerintah cenderung mementingkan kepentingan investor ketimbang keselamatan kerja karyawan.
"Investor China biasanya cenderung melakukan efisiensi biaya, termasuk termasuk untuk aspek keselamatan kerja," terang Fahmy kepada Kontan, Selasa (26/12).
Baca Juga: 18 Korban Meninggal Akibat Insiden di Smelter IMIP
Fahmy melanjutkan, penerapan standar K3 harusnya mengacu pada standar internasional, bukan standar nasional maupun standar negara investor.
Untuk itu, Fahmy mendesak pemerintah untuk tidak mengabaikan aspek keamanan dalam hal investasi. Apalagi, industri smelter merupakan industri yang beresiko tinggi.
"Secara reguler juga perlu diadakan audit aspek keselamatan," tegas Fahmy.
Senada, Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Eddy Soeparno mendesak adanya audit pada fasilitas smelter ITSS serta seluruh fasilitas smelter yang ada.
"Agar jangan terjadi hal serupa. SmelterĀ merupakan lingkungan beresiko untuk itu kita minta dilakukan audit K3," ungkap Eddy kepada Kontan, Selasa (26/12).
Eddy pun mendorong proses penyelidikan untuk insiden yang terjadi pada smelter ITSS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News