kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Cadangan baru mineral semakin sulit ditemukan


Senin, 03 Januari 2011 / 09:45 WIB
Cadangan baru mineral semakin sulit ditemukan


Reporter: Fitri Nur Arifenie |

JAKARTA. Ketua Asosiasi Mining Association (IMA), Martiono Hadianto mengungkapkan, saat ini sangat sulit untuk menemukan cadangan baru mineral. “Kalau pun ditemukan, umumnya di wilayah terpencil saat ini makin terkonsentrasikan di negara-negara berkembang,” ujar Martiono.

Tidak hanya cadangan baru yang sulit ditemukan, tetapi rasio keberhasilan penambangan juga rendah. Saat ini rasio keberhasilan penambangan hanya sekitar 4% dari eksplorasi di seluruh dunia. Selain itu, waktu yang diperlukan untuk eksplorasi semakin lama makin mahal.

Ketua IMA yang juga Dirut Newmont ini mencontohkan Tambang Batu Hijau di Pulau Sumbawa perlu enam tahun dengan biaya sekitar USD$ 60 juta untuk sampai pada tahap feasibility study. Tantangan wilayah terpencil (remote area), menurut Martiono selain keterbatasan infrastruktur, umumnya cadangan yang ditemukan berkadar rendah hingga memerlukan teknologi lebih tinggi.

“Dua aspek itu menyebabkan biaya eksploitasi menjadi lebih besar, yang hanya bisa disediakan oleh konsorsium lembaga keuangan internasional,” ungkap Martiono. Menurut Martiono, cadangan mineral Indonesia menempati peringkat ke enam dunia. Namun, iklim investasi hanya mampu menempati peringkat ke 46 dunia.

Data Asosiasi Pertambangan Indonesia-Indonesia Mining Association (API-IMA) menyebutkan total investasi pertambangan Indonesia pada 2010 mencapai US$1,8 miliar atau sekitar Rp16,2 triliun. Data API-IMA mencatat sumber daya bijih nikel mencapai 1,8 miliar ton dengan cadangan bijih besi mencapai 546 juta ton. Sedangkan sumber daya timah mencapai 650 ribu ton dengan cadangan 338 ribu ton.

Bijih bauksit, sumber daya mencapai 726 juta ton dengan cadangan 111 juta ton bijih bauksit. Sumber daya tembaga mencapai 69 juta ton dengan cadangan 42,8 juta ton. Sementara itu, untuk komoditas emas primer, sumber daya mencapai 4.250 ton dengan cadangan sebanyak 4.347 ton. Selanjutnya, komoditas emas alluvial, sumber daya mencapai 147,99 ton dengan cadangan 3,84 ton.Komoditas perak, sumber daya mencapai 505 ribu ton dengan cadangan 26 ribu ton dan pasir besi dengan sumber daya mencapai satu juta ton dan cadangan mencapai 4,7 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×