Reporter: Filemon Agung | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri batubara dinilai masih akan memegang peranan penting untuk kebutuhan energi dalam beberapa tahun mendatang. Untuk tahun ini, tren harga tinggi batubara masih terus berlanjut.
Tak hanya itu, rencana larangan ekspor batubara Rusia oleh Uni Eropa dinilai bakal kian mendorong permintaan khususnya dari pasar Eropa.
Setidaknya, dalam beberapa tahun terakhir produksi batubara Indonesia selalu berada di atas 500 juta ton. Pada 2018 lalu produksi batubara mencapai 557,77 juta ton. Produksi kemudian meningkat menjadi 616,16 juta ton di 2019. Produksi sempat turun menjadi 565,69 juta ton di 2020 sebelum kembali meningkat pada 2021 menjadi 608,69 juta ton. Untuk tahun ini, produksi ditargetkan mencapai 663 juta ton.
Baca Juga: Bumi Resources (BUMI) Menyebut Domestik Jadi Prioritas Pemenuhan Batubara
Merujuk catatan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), jumlah sumberdaya batubara Indonesia mencapai 91,6 miliar ton. Sementara cadangan batubara mencapai 31,7 miliar ton.
"Sumber daya batubara ini yang kemudian harus kita kelola sedemikian rupa bagaimana penggunaannya juga terjamin untuk pasokan dalam negeri dan dalam rangka investasi atau penerimaan negara untuk dilakukan ekspor," ungkap Direktur Pembinaan Pengusahaan Batubara Lana dalam diskusi virtual belum lama ini.
Sejumlah perusahaan batubara pun tercatat tengah berfokus menjaga produksi di tengah tren kenaikan harga yang terjadi saat ini. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) misalnya memiliki cadangan batubara mencapai 2,46 miliar ton dan sumber daya batubara mencapai 10 miliar ton.
Baca Juga: Soal Potensi Revisi RKAB, Begini Komentar APBI
BUMI kini masih menghadapi tantangan cuaca pada kegiatan produksi. "Ditambah dengan prioritas yang kami tetapkan untuk penjualan domestik (untuk) pemenuhan DMO kami ketimbang ekspor. (Ini) mengakibatkan beberapa penundaan ekspor," kata Direktur BUMI Dileep Srivastava kepada Kontan.co.id, Minggu (10/4).
Dileep menambahkan, upaya pemenuhan untuk pasar ekspor diharapkan dapat dikejar seiring membaiknya cuaca. Adapun, untuk kuartal I 2022 ini produksi batubara BUMI diharapkan mencapai sekitar 17 juta ton hingga 18 juta ton.
Sementara itu, Head of Corporate Communication PT Indika Energy Tbk (INDY) Ricky Fernando mengakui peningkatan harga batubara berdampak positif pada kinerja perusahaan.
"Meningkatnya harga batubara acuan berdampak positif pada kinerja perusahaan. Sepanjang tahun 2021, Indika Energy mencetak Laba Bersih US$ 57,7 juta dan Laba Inti US$ 227,9 juta," ungkap Ricky kepada Kontan, belum lama ini.
Baca Juga: Uni Eropa Melarang Batubara Rusia, Ekspor Indonesia Berpotensi Meningkat
Tapi, Ricky belum bisa merinci lebih jauh besaran produksi hingga kuartal pertama 2022. Indika Energy menjadi produsen batubara terbesar ketiga di Indonesia lewat PT Kideco Jaya Agung dan PT Multi Tambangjaya Utama (MUTU).
Kideco memiliki cadangan sebesar 651 juta ton dan sumberdaya sebesar 1,37 miliar ton. Sementara MUTU memiliki cadangan sebesar 40,6 juta ton dan sumber daya 75,2 juta ton.
PT Golden Eagle Energy Tbk (SMMT) berupaya memanfaatkan momentum tren kenaikan harga batubara untuk mendongkrak kinerja perusahaan di tahun 2022. Direktur Utama Golden Eagle Energy Roza Permana Putra menyampaikan, pada tahun ini SMMT membidik penjualan batubara dapat tumbuh 15%-20% dibandingkan realisasi tahun sebelumnya.
Sebagai informasi, tahun 2021 lalu volume penjualan batubara SMMT naik 67% menjadi 2,04 juta ton. Jika mengacu pada target yang disebutkan tadi, maka penjualan batubara SMMT pada tahun ini dapat mencapai kisaran 2,34 juta ton hingga 2,44 juta ton.
Baca Juga: Adaro Energy Indonesia (ADRO) Fokus Efisiensi dan Jaga Kinerja Operasional
“Kenaikan penjualan batubara tersebut diharapkan akan berdampak bagi kinerja keuangan kami, baik secara top line maupun bottom line,” terang Roza dalam paparan publik insidentil, Jumat (8/4).
Target tersebut diyakini dapat tercapai mengingat harga batubara masih terus melonjak di pasar global. Hal ini sejalan dengan permintaan batubara global yang diprediksi tumbuh 2% pada tahun 2022, yang mana China dan India masih menjadi konsumen terbesar untuk komoditas tersebut.
Ditambah lagi, adanya sanksi ekonomi yang dijatuhkan kepada Rusia membuat kebutuhan batubara di kawasan Eropa mengalami peningkatan. SMMT pun melirik peluang untuk melakukan penjualan batubara dalam rangka memenuhi kebutuhan energi di Benua Biru.
SMMT tercatat memiliki luasan tambang mencapai 8.526 ha dengan total sumberdaya mencapai 647 juta ton dan total cadangan 428 juta ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News