kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Cegah Penyebaran PMK, Kementan gelar ToT Vaksinasi Bagi Anggota Polri


Selasa, 05 Juli 2022 / 20:48 WIB
Cegah Penyebaran PMK, Kementan gelar ToT Vaksinasi Bagi Anggota Polri
ILUSTRASI. Cegah Penyebaran PMK, Kementan gelar ToT Vaksinasi bagi Anggota Polri


Reporter: Venny Suryanto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Kementerian Pertanian (Kementan) berupaya menghambat penyebaran Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) melalui vaksinasi massal bagi ternak bibit dan sapi perah. 

Kewenangan vaksinasi PMK di bawah kendali dokter hewan, namun untuk mengantisipasi keterbatasan jumlah dokter hewan dan tenaga paramedik kesehatan hewan di seluruh Indonesia, Kementan inisiatif melakukan kolaborasi lintas sektoral, di antaranya dengan TNI/Polri. 

Kolaborasi Kementan dan Polri tersebut digelar, khususnya dalam penyelenggaraan Training of Trainer (ToT) vaksinasi PMK yang melibatkan personel dokter hewan dan tenaga paramedik kesehatan hewan pada  lingkup Polri. 

Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo mendorong peran sumber daya manusia (SDM) yang unggul, profesional dan adaptif.  

Baca Juga: Anies Baswedan Pastikan Pemenuhan 47.000 Ekor Hewan Kurban di DKI Jakarta

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi, mengatakan bahwa pelatihan ini sangat perlu. 

"Bahkan harus dilaksanakan segera. Karena distribusi vaksin secara besar-besaran segera dilakukan. Kita ingin penyebaran PMK segera ditekan, bahkan diputus," kata Dedi dalam siaran pers, Selasa (5/7). 

Dia menambahkan bahwa saat ini dunia tidak dalam kondisi biasa-biasa saja, karena saat ini dunia menghadapi krisis pangan global. 

"Sesungguhnya sejak dua tahun lalu, FAO memprediksi bahwa salah satu dampak Covid-19 itu adalah krisis pangan global. Nampaknya dampak ini diperparah dengan kondisi perubahan iklim yang berdampak pada produksi dan produktivitas pertanian. Kondisi ini juga ternyata ditenggarai situasi geopolitik dunia saat ini yang tidak menguntungkan," ujar Dedi. 

Menurutnya, kondisi itu diperparah dengan perang antara Rusia dan Ukraina. Krisis pangan global ditandai dengan meroketnya harga pangan di pasar global.

"Selain itu juga akibat virus PMK yang melanda di negara timur Asia ini semakin meningkat. Beberapa akhir ini virus PMK di kawasan Asia timur mulai menyeruak termasuk di Indonesia. PMK termasuk jenis virus yang penyebarannya melalui udara. Bahkan ukuran virus PMK jauh lebih kecil dari virus Covid-19 sehingga peluang menyebarnya luar biasa," kata Dedi Nursyamsi.

Kendati demikian, katanya, patut kita syukuri bahwa PMK bukan jenis penyakit sinosis. Tidak menular kepada manusia, tetapi sangat mudah menular kepada hewan yang sensitif terutama hewan ternak yang berkaki belah.

Baca Juga: Kementan: Wilayah Temuan PMK Bertambah Menjadi 20 Provinsi

Kabadan menjelaskan, sejak munculnya virus PMK, Kementan sudah bergerak cepat mengidentifikasi serotimnya apa. 

"Alhamdulillah, serotimnya sudah ketemu sejak lama. Saat ini Pusvetma [Pusat Veteriner Farma] di Surabaya sedang mempersiapkan vaksin PMK yang menyebar di negara kita. Namun demikian untuk bergerak cepat kita memerlukan impor vaksin sambil menunggu vaksin yang kita buat siap semuanya," katanya. 

Terkait dengan penanggulangan PMK, jelas Dedi, yang utama adalah sistem karantina yang harus disiplin, ketat dan waspada. Satgas PMK mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten kota bahkan sampai level kecamatan sudah mulai bekerja. 

Satgas PMK juga sudah menetapkan peta dimana sebaran PMK di Indonesia dan bahkan sudah dipetakan sampai level kecamatan dan sudah ada SOP-nya di Permentan yang baru bahwa hewan ternak yang berasal dari zona merah tidak boleh bergerak alias stay at home. 

Terkait sistem perkarantinaan ini tentu saja petugas terbatas, begitu pula personel TNI/Polri.

"Oleh karena itu kita semua stakeholder juga memiliki kewajiban untuk menjaga, mengarantina hewan ternak yang berkuku belah. Para peternak dan yang tergabung dalam PDHI, PDHSI kami mohon support dan bantuannya  agar sistem perkarantinaan hewan benar-benar disiplin. Benar-benar waspada, konsisten terhadap segala peraturan. Jangan ada pergerakan ternak dari zona merah ke zona hijau," terang Dedi. 

Baca Juga: Kementan Pastikan Ketersediaan Hewan Kurban untuk Pelaksanaan Idul Adha Mencukupi

Dia menambahkan, hewan yang terdampak PMK perlu dirawat dengan vaksinasi. Berdasarkan data tingkat kesembuhan hewan ternak yang terpapar PMK relatif baik. Sistem sapu jagat, adalah dengan vaksinasi. 

Menurutnya, diperkirakan lebih dua juta ternak yang harus segera kita suntik. Tentu Kementan bersama PMDM, PDHI dan PDHSI melakukan vaksin secara serempak, berdasarkan prioritas lokasi yang sudah ditentukan bersama.

Rencananya pelaksanaan pelatihan TOT vaksinasi PMK akan diselenggarakan secara offline selama tiga hari di BBPKH Cinagara Bogor pada 5 - 7 Juli 2022. 

Tenaga dokter hewan sejumlah 20 orang dan paramedik kesehatan hewan lingkup Polri berjumlah tiga orang dari TNI/Polri seperti Ditpolsatwa, Lemdiklat Polri, Hubinter Polri, Polda DIY, Polda Jateng, Polda Jabar, Polda Bali, Polda Kaltim, dan Polda Jambi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×