Reporter: Agustinus Beo Da Costa | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Mantan Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri mengatakan Tim Reformasi Tata Kelola Migas yang dipimpinnya telah melakukan berbagai upaya agar mafia migas tidak melakukan perlawanan kembali atau munculnya mafia baru di Integrated Supply Chain (ISC) pasca pembubaran Petral.
"Itu tidak kita kehendaki, ladang minyak kita pagari rapat -rapat dan kokoh,"ujar Faisal Basri dalam diskusi Energi Kita, Minggu (17/5).
Meski demikian, Faisal Basri yakin, mafia migas akan terus berusaha melakukan konsolidasi untuk menimbulkan kekacauan, misalnya dengan menaikkan harga Pertamax hingga Rp 9600. "Sebuah kebijakan yang tidak masuk akal, mau bikin rusuh, "bebernya.
Pemerintah dan Pertamina harusnya terus melakukan pembersihan dengan cara melakukan restrukturisasi di ISC. Selama ini yang baru diganti adalah pimpinannya Daniel Purba, tetapi pada level bawah belum diganti.
Orang-orang yang selama ini bermasalah di Pertamina Energy Service (PES) malah sebagian pindah ke ISC. Bahkan ada mantan orang PES yang berperilaku tidak benar malah ditempatkan di satuan pengendali internal Pertamina.
Sejauh ini, kata Faisal Basri, penegak hukum sudah kelihatan serius untuk menindaklanjuti rekomendasi yang diusulkan oleh Tim Reformasi Tata Kelola Migas. Mereka bahkan kata dia ingin tahu siapa saja anggota jaringan mafia migas lebih dalam dengan menindaklanjuti indikasi yang ditemukan oleh timnya.
Meskipun, Tim Reformasi Tata Kelola Migas sendiri tidak bisa mengumumkan dan menangkap mafia migas. Namun, pihaknya sudah melakukan pemaparan singkat kepada penegak hukum dengan memberikan nama -nama orang yang terkait dengan mafia migas bauk di SKK Migas , maupun di hilir.
"Pembubaran Petral ini seperti membakar sarang tawon. Akibatnya keluar tawonnya dan sering kali emosional. Di sekeliling istana bahkan ada tawon. Mereka terus bergerak dan melakukan macam-macam hal," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News