Reporter: Noverius Laoli | Editor: Rizki Caturini
Ubah wajah perusahaan
Sekretaris Perusahaan Intiland Theresia Rustandi menceritakan bahwa krisis ekonomi telah mengubah total wajah perusahaan ini. Hampir sepanjang satu dasawarsa, perusahaan ini berupaya mempertahankan usaha dan melakukan restrukturisasi utang sehingga tak ada ekspansi bisnis yang dilakukan.
Berbagai cara pun ditempuh untuk menyelamatkan perusahaan dari kebangkrutan. Ikhtiar ini pun akhirnya sukses pada 29 Juni 2007, ketika Intiland berhasil merestrukturisasi utangnya dengan melakukan konversi utang menjadi saham senilai Rp 1,1 triliun. "Langkah ini menyebabkan perubahan struktur kepemilikan saham dengan masuknya Truss Investment Partners Pte Ltd dan Strands Investment Ltd sebagai pemegang saham baru dengan kepemilikan sebesar 70,23%," ujarnya kepada KONTAN, Rabu (28/9).
Theresia menjelaskan, setelah berganti struktur pemegang saham dan berganti nama menjadi PT Intiland Development Tbk, perusahaan mulai mengatur strategi untuk pemulihan bisnis.
Tahun 2009 merupakan titik balik dari krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1998 dan 2008. Intiland pun merasakan dampak pemulihan ekonomi ini. Dengan bekal kucuran dana hasil penerbitan obligasi senilai Rp 2,07 triliun, Intiland mulai mengakuisisi lahan seluas 1.450 hektare (ha) di Banten, Tangerang, dan Jakarta.
Sebagai perbandingan, pada tahun 1998, pendapatan perusahaan tercatat hanya Rp 298,6 miliar dengan laba bersih Rp 14,2 miliar. Pada akhir 2015, pendapatan Intiland telah mencapai Rp 2,2 triliun dengan laba bersih Rp 401,5 miliar. Nilai aset perusahaan juga melonjak signifikan dari Rp 2,1 triliun pada tahun 1998 menjadi Rp 10,3 triliun.
Menurut Theresia, kunci strategi restrukturisasi dan transformasi bisnis yang dilakukan selama ini adalah perubahan fundamental di perusahaan, seperti perubahan manajemen, strategi bisnis, dan kultur perusahaan. Perubahan ini pun dipertahankan hingga saat ini.