kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Cetak laba, Cowell menuai hasil lindung nilai


Senin, 08 Agustus 2016 / 11:32 WIB
Cetak laba, Cowell menuai hasil lindung nilai


Reporter: Anastasia Lilin Y | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. PT Cowell Development Tbk mulai menuai hasil atas strategi lindung nilai atawa hedging kurs pada semester I-2016. Makanya, perusahaan itu yakin fluktuasi nilai tukar dollar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah tak akan menjadi tantangan bisnis hingga akhir tahun ini.

Rapor laba bersih Cowell membiru, dari semula rugi bersih Rp 119,79 miliar pada semester I-2015 menjadi untung bersih Rp 51,48 miliar pada semester I-2016. Padahal sepanjang paruh pertama 2016, pendapatan turun 7,02% jadi Rp 270,39 miliar. Penyelamat laba bersih atau bottom line Cowell adalah laba selisih kurs Rp 81,37 miliar.

Darwin Fernandes Manurung, Direktur PT Cowell Development Tbk menjelaskan, laba selisih kurs tersebut adalah dampak dari strategi hedging kurs. "Kami lakukan hedging dari tahun lalu dan impact-nya di tahun 2016 ini, hedging membuat kami dapat porsi tambahan dari pihak ketiga," terang Darwin kepada KONTAN, Jumat (5/8).

Asal tahu, tekanan dollar AS pada tahun 2015 mendorong Cowell melakukan hedging pada level Rp 13.200 - Rp 15.000 untuk setiap US$ 1. Perusahaan berkode saham COWL di Bursa Efek Indonesia tersebut meneken program hedging kurs dengan pihak ketiga, selama tiga tahun dari 2015 hingga 2018.

Sementara pada semester II-2016 ini, Cowell tak akan menambah proyek baru. Mereka akan melanjutkan proyek yang sudah berjalan, yakni Lexington Residence di Jakarta, The Oasis di Cikarang Jawa Barat dan mixed use Borneo Paradiso di Balikpapan Kalimantan Timur.

Pasalnya, Cowell masih menanti momen yang tepat untuk meluncurkan proyek baru. Pertimbangan utama perusahaan itu adalah efek gulir dari kebijakan pengampunan pajak alias tax amnesty yang diharapkan bisa membawa banyak dana tunai ke Indonesia, dan dibelanjakan untuk membeli properti.

Kelak saat efek gulir tax amnesty mulai terasa, Cowell menilai perusahaan properti bisa lebih mulus meluncurkan obligasi. "Dana yang dihimpun dari orang-orang yang bawa uangnya dari luar itu juga akan meramaikan RDPT (reksadana penyertaan terbatas)," proyeksi Darwin.

Meskipun tak menelurkan proyek anyar, Cowell optimistis bisa memenuhi target pertumbuhan 10%. Dengan realisasi pendapatan Rp 583,33 miliar pada tahun 2015, berarti target pendapatan tahun 2016 yakni Rp 641,66 miliar.
 
Manajemen Cowell menargetkan, development revenue yang berasal dari penjualan proyek berkontribusi 60%-70%. Sisanya 30%-40% adalah kontribusi recurring income atawa pendapatan berulang.

Sambil memaksimalkan proyek yang ada, Cowell akan melanjutkan program perpanjangan kredit uang muka kepada konsumen. Jika biasanya cicilan uang muka selama enam kali, program tersebut menawarkan cicilan uang muka 12 kali hingga 36 kali.

Hingga kini, Cowell masih memiliki landbank alias tabungan lahan sekitar 70 hektare (ha) - 80 ha. Landbank terluas berada di proyek Borneo Paradiso. "Ada rencana akuisisi landbank, pilihan kami masih di kota," ujar Darwin tanpa membeberkan detailnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×