kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.200   -20,00   -0,12%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

China melambat, Indonesia mesti genjot hilirisasi


Senin, 31 Oktober 2011 / 16:27 WIB
China melambat, Indonesia mesti genjot hilirisasi
ILUSTRASI. Pengunjung menggunakan masker di sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta, Rabu (25/11). BPS merilis daerah dengan biaya hidup paling mahal di Indonesia.


Reporter: Dani Prasetya |

JAKARTA. Perlambatan ekonomi China akibat krisis global dianggap sebagai peluang untuk menggiatkan hilirisasi industri di Indonesia. Apalagi sebagian besar komoditi ekspor Indonesia ke China berupa bahan mineral mentah.

"Kalau mau dibilang, justru Indonesia diuntungkan dengan perlambatan China," ujar Dirjen Pengembangan Perwilayahan Industri Kementerian Perindustrian Dedi Mulyadi, Senin (30/10).

Keuntungan itu terutama dari segi kebijakan hilirisasi pemerintah. Apabila China melambat dan mengerem permintaan bahan mineral mentah dari Indonesia, maka industri dalam negeri bisa memperoleh pasokan lebih banyak.

Apalagi, selama ini industri dalam negeri sempat mengeluhkan soal ketersediaan bahan baku yang tak mencukupi kebutuhan. Ambil contoh, bakusit. Indonesia memiliki sumber bauksit sebanyak 700 juta metrik ton dengan cadangan (proven) sebesar 108 juta metrik ton.

Setiap tahunnya, Indonesia memproduksi 15 juta metrik ton bauksit. Namun, seluruhnya langsung diekspor ke berbagai negara termasuk China. Akibatnya, industri alumina dalam negeri kekurangan pasokan sehingga tidak dapat tumbuh maksimal. Ekspor besar-besaran itu juga mengancam habisnya cadangan bauksit dalam waktu tujuh tahun.

Salah satu upaya menekan laju ekspor bauksit adalah kebijakan bea keluar untuk bahan mineral dan pelarangan ekspor bahan mentah. Harapannya, usaha ini bisa menumbuhkan industri pengolahan bauksit menjadi alumina di pasar domestik. "Jadi mungkin ini peluang Indonesia menggiatkan hilirisasi," ucapnya.

Namun, Menteri Perindustrian M.S. Hidayat tetap mengingatkan, perlambatan ekonomi China akan berdampak pada penurunan ekspor. "Saya harap pasar Indonesia tidak terganggu karena kita banyak ekspor ke sana," ujarnya.

Menteri Perdagangan Gita Wirjawan juga sempat mengutarakan, dampak perlambatan ekonomi China ke Indonesia tergantung pada sektor industri apa yang menurun. "Kalau sektor yang turun di China merupakan driver pertumbuhan kita maka ekspor kita bisa terpengaruh," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×