Reporter: Asnil Bambani Amri | Editor: Asnil Amri
YOGYAKARTA. Maskapai penerbangan berbiaya murah, Citilink berencana menghentikan operasional pesawat Boeing 737 yang selama ini mereka gunakan.
Selanjutnya, mereka akan menggantinya pesawat baru bertipe Airbus 320s dan serta TuronPropt. Penggantian ini untuk memberikan kenyamanan lebih dan efisiensi operasional perusahaan.
Chief Executive Officer (CEO) PT Citilink Indonesia, Arif Wibowo menuturkan, hingga tahun 2017 mendatang, Citilink berupaya menjadi penerbangan terbaik di tanah air. Penggantian pesawat merupakan bagian dari Quantum strategi bisnis Garuda Indonesia yang selama ini menjadi induk perusahaan Citilink.
"Dalam kebijakan Quantum strategi itu, salah satunya adalah mengganti pesawat agar lebih bisa bersaing," ujarnya beberapa waktu lalu.
Awal tahun 2012 yang lalu, jumlah pesawat Citilink hanya 8 buah dan menjadi 21 buah di akhir tahun. Hingga 2016, target top 3 akan disematkan dengan mengganti dengan pesawat yang baru.
Citilink akan mengadakan 70 pesawat Airbus A320s dan 50 pesawat TurboPropt yang dikenal memiliki efisiensi biaya operasional cukup dengan kapasitas penumpang yang maksimal.
Sebagai anak perusahaan dari Garuda Indonesia yang memang diciptakan untuk penerbangan Low Cost Carrier (LCC) atau penerbangan berbiaya murah, sejumlah strategi dilakukan perusahaan.
Meski terbang dengan biaya murah namun Arif menjelaskan, penerbangan Citilink bukan penerbangan murahan. "Artinya kami memang memikirkan efisiensi tetapi bukan berarti mengurangi safety dan kenyamanan penumpang," terangnya.
Strategi penerbangan ekonomis memang diterapkan Citilink diantaranya dengan membidik rute-rute pendek, yaitu rute penerbangan maksimal tiga jam tempuh. Rute dalam negeri menjadi bidikan utama meskipun saat ini sudah ada 16 rute regional ke beberapa negara tetangga, namun Citilink tetap akan memaksimalkan rute lokal.
Citilink juga melengkapi 70 rute lokal yang mencakup Sumatera antara lain Batam, Medan, Lampung, Palembang akan disambungkan dengan kota-kota di Jawa seperti Surabaya, Bandung, Yogyakarta, Solo ataupun Jakarta. Sementara Jawa akan menjadi sebuah station tengah barat yang menghubungkan Indonesia bagian timur baik Bali, Lombok, Kalimantan, Sulawesi.
"Kalimantan seperti Balikpapan akan kami jadikan station tengah timur yang dijadikan penghubung dengan ujung timur seperti Maluku ataupun Papua," jelasnya.
Pertumbuhan kelas menengah yang cukup tinggi tersebut memang menjadi potensi tersendiri bagi penerbangan LCC. Di tahun kedua setelah Spin Off atau dipisah dari Garuda Indonesia, Citilink akan menargetkan jumlah penumpang sebanyak 7,8 juta orang. Angka tersebut dipandang realistis mengingat potensi yang cukup tinggi serta berkaca pada capaian tahun 2012 kemarin yang telah mencapai 3,2 juta penumpang.
Khusus di Yogyakarta, setelah membuka penerbangan dari Balikpapan ke Yogyakarta, pihaknya kemungkinan besar akan menambah lagi rute dari Yogyakarta. Beberapa bidikan telah disiapkan diantaranya Yogyakarta-Jakarta, Yogyakarta-Surabaya, Yogyakarta-Bali ataupun Yogyakarta-Lombok. Meski pihaknya mengetahui keterbatasan Slot Time dari Bandar Udara Adisutjipto, namun pihaknya optimistis target tersebut akan terlaksana.
"Apalagi kalau rencana operasional penerbangan hingga jam 24.00 WIB direalisasikan, tentu ini menjadi berita bagus bagi maskapai termasuk Citilink," imbuhnya. (Tribunnews)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News