kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Covid-19 melonjak, Indonesia Property Watch: Pasar properti bisa terkontraksi 5%-10%


Kamis, 01 Juli 2021 / 07:09 WIB
Covid-19 melonjak, Indonesia Property Watch: Pasar properti bisa terkontraksi 5%-10%
ILUSTRASI. Pasar Properti: Pembangunan perumahan di Bogor. KONTAN/Baihaki


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia Property Watch menyampaikan pergerakan pasar properti memperlihatkan pola yang tidak stabil sejak terjadi pandemi Covid-19 di awal tahun lalu. Pasar properti yang masih naik-turun menunjukkan kondisi jangka pendek, dan belum membentuk pola jangka panjang yang stabil.

CEO dan founder Indonesia Property Watch Ali Tranghanda membeberkan, meski mulai terjadi pertumbuhan tipis sejak semester kedua 2020, tapi pasar properti diperkirakan masih rentan terhadap penurunan yang lebih dalam lagi. 

Sebagai gambaran, tingkat pertumbuhan pasar perumahan di Jabodetabek-Banten pada periode semester pertama 2021 diperkirakan tumbuh 12,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Meski begitu, beberapa faktor masih akan membawa dampak negatif bagi pasar perumahan. "Secara fundamental properti dan ekonomi sebenarnya pasar perumahan relatif tidak bermasalah. Faktor penentu penting sekaligus bisa menjadi game changer adalah efektivitas vaksin dan meredanya pandemi. Selama masih belum dapat dikendalikan, pasar perumahan masih tidak stabil dan berpotensi lebih rendah dibandingkan tahun 2020," sebut Ali dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan.co.id, Rabu (30/6).

Baca Juga: Sentul City catat laba bersih Rp 239 miliar di kuartal I-2021

Perkembangan pandemi yang masih cukup tinggi berpotensi untuk dilakukan lockdown atau PPKM/PSBB yang ketat. Menurut Ali, hal itu akan mempengaruhi keinginan pasar untuk membeli properti atau jeda tunda pembelian properti semakin lebih lama. 

Pasar akan melihat faktor ketidakpastian yang semakin tinggi.

Berdasarkan catatan Indonesia Property Watch, pasar properti sempat anjlok sampai 50,1% di awal terjadinya pandemi di triwulan pertama 2020. Penurunan ini dipercaya bukan karena pasar kehilangan daya beli, melainkan terganggunya mobilitas konsumen yang ingin membeli properti.

Sebab, transaksi properti tidak bisa sepenuhnya dilakukan secara online. "Setiap pembeli properti pastinya ingin merasakan atau melihat secara fisik bangunan dan lingkungan dari properti yang akan dibelinya. Ini yang membuat pasar properti akan sangat terpengaruh bila dilakukan pengetatan PPKM/PSBB," sebut Ali.

Bila pengetatan dilakukan, maka diperkirakan pasar perumahan akan mengalami pertumbuhan rendah lagi dibandingkan tahun 2020. 

Paling tidak, diperkirakan pasar terkontraksi 5%-10% dibandingkan tahun 2020. 

Di sisi lain kebijakan stimulus bidang properti akan sedikit membantu menstabilkan pertumbuhan pasar properti, meski tidak dapat dipastikan akan mendongkrak penjualan bila terjadi pengetatan yang terlalu lama.

Baca Juga: Summarecon Agung (SMRA) Bakal Menikmati Kenaikan Jualan Properti

"Meskipun stimulus properti yang diberikan sangat signifikan berpotensi mengangkat pasar properti, namun belum dapat dipastikan sepenuhnya akan meningkatkan nilai transaksi bila situasi pengetatan berkepanjangan. Namun bila kondisi mereda, pastinya stimulus ini menjadi salah satu generator utama untuk membuat properti mengalami peningkatan yang luar biasa," ungkap Ali.

Di sisi lain, banyak pengembang khususnya di skala menengah sampai kecil masih berjuang untuk merestrukturisasi utang. Diperkirakan sebagian besar pengembang tidak akan lolos bila restrukturisasi tidak diperpanjang menyusul beberapa saluran cash in pengembang yang semakin terganggu.

"Beberapa proses akad dan pertanahan semakin terganggu dikarenakan banyak instansi melakukan WFH di tengah tingkat pandemi yang meninggi. Tanpa mengurangi optimisme yang ada, realitas tetap harus dipertimbangkan agar tidak kecolongan dari faktor-faktor negatif yang mungkin akan terdampak ke depan," pungkas Ali.

Selanjutnya: Gelar expo virtual, BCA tawarkan KPR berbunga 5,25% fix selama 3 tahun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×