Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo mengungkapkan, pelemahan rupiah terhadap dolar akan memberikan efek negatif pada kinerja keuangan perusahaan ke depan.
"Apabila dolar semakin menguat, tentu saja akan berdampak negatif terhadap kondisi keuangan PT PLN Persero, sedangkan dolar melemah maka akan berdampak memperkuat kondisi keuangan PT PLN Persero," kata Darmawan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan DPR di Senayan, Jakarta, Kamis (22/05).
Darmawan menambahkan 72% biaya operasional yang terdiri dari energi primer, sewa pembangkit pembelian dari IPP serta pemeliharaan adalah berbasis pada dolar AS.
"Tetapi di lain sisi, pendapatan usaha PLN 100% adalah berbasis pada rupiah, baik ini penjualan listrik, biaya kWh, subsidi maupun kompensasi," tambahnya.
Baca Juga: Bisa Hemat Rp 3 Juta, Diskon Tambah Daya Listrik PLN Berlaku Sampai 23 Mei 2025
Untuk bersiap menghadapi kemungkinan terburuk, Darmawan bilang pihaknya sudah memperhitungkan biaya yang harus dikeluarkan jika rupiah tembus Rp 17.500 per dolar AS.
"Kami melakukan simulasi dampaknya terhadap kondisi keuangan PT PLN Persero, best case scenario Rp 16.000 per dolar, dengan worst case scenario sampai Rp 17.500 per dolar," katanya.
Setelah melakukan stress test yaitu worst case scenario dengan kurs Rp17.500 per dolar, Indonesian Crude Price (ICP) Rp 82 per barel, pihaknya mengakui adanya kenaikan biaya pokok produksi dari Rp 1.822 menjadi Rp 1.851 atau peningkatan Rp 29 per kWh.
"Nah, untuk itu ada dampak terhadap subsidi kompensasi peningkatan sebesar Rp 6,5 triliun per tahun," ungkapnya.
Menyadari besarnya subsidi jika Rupiah terus melemah, Darmawan bilang PLN tengah melakukan beberapa skenario terkait manajemen risiko.
Baca Juga: PLN Indonesia Power Pasok 475 Megawatt Listrik ke Wilayah Timur Indonesia
"Pertama adalah peningkatan penjualan listrik dan ini akan meningkatkan juga dari gross revenue dari PT PLN Persero," katanya.
Strategi lain adalah strategi hedging atau lindung nilai untuk menekan risiko exposure terhadap valas dan juga pinjaman terhadap valas.
"Lanjut, kami juga melakukan cost optimization, ini baik itu dari biaya bahan bakar dan pelumas, baik itu dari pembelian tenaga listrik, biaya pemeliharaan, biaya kepegawaian, dan juga administrasi," ungkapnya.
Selain itu PLN kata Darmawan juga telah menurunkan debt service, ini dianggap sebagai inisiatif dalam pengelolaan keuangan meskipun terdapat fluktuasi kurs.
"PLN berhasil menurunkan interest bearing debt hingga Rp 46,7 triliun, dan kemudian juga serta beban bunga hingga Rp 3,1 triliun sejak tahun 2020," katanya.
Selanjutnya: Austindo Nusantara Jaya (ANJT) Catat Laba US$ 9,2 Juta Pada Tahun 2024
Menarik Dibaca: KAI Buka Lowongan di Job Fair Nasional Naker Fest 2025, Ini Daftar Posisinya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News