Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Standardisasi dan sertifikasi penanganan dan keberlanjutan sawit dinilai tidak imbang dihadapan minyak nabati lainnya. Pasalnya minyak nabati dari kedelai, biji bunga matahari dan rapeseed tidak memiliki sertifikasi keberlanjutan seperti sawit.
Mahendra Siregar, Direktur Council Palm Oil Producing Countries (CPOC) dari asosiasi negara penghasil sawit menyampaikan untuk mencapai perdagangan minyak nabati yang sehat dan setara, seharusnya terdapat standardisasi bagi minyak nabati lainnya, tak hanya pada sawit.
"Sustainability harus berlaku untuk semua minyak, tidak hanya sawit, dan sawit sudah terbuka untuk penilaian fair," kata Mahendra dalam diskusi mengenai Kampanye Hitam Industri Sawit, Kamis (18/10).
Menurutnya, komitmen pengusaha sawit mendapatkan sertifikasi RSPO dan ISPO merupakan tindakan sukarela untuk menunjukkan keseriusan industri.
Namun bila pemerintah Uni Eropa memutuskan hal tersebut menjadi kebijakan, maka menjadi langkah diskriminatif karena tidak diterapkan ke minyak nabati lain terutama yang dihasilkan Eropa sendiri.
Mahendra menyampaikan pihaknya telah mendorong panel Perwakilan Bangsa Bangsa (PBB) untuk mendorong standar soft oil tersebut sesuai dengan komitmen Sustainability Development Goals. Proses ini menurutnya memang berlangsung lama dan pelik karena memiliki kerangka kebijakan yang detil.
Adapun untuk komoditas selain sawit seperti kedelai, rapeseed dan biji bunga matahari menurut Mahendra selama ini tidak memiliki sertifikasi yang serumit sawit, dan hanya sebatas pengurusan lahan dan limbah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News