Reporter: Rahma Anjaeni | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang disebabkan oleh wabah virus corona (Covid-19) dinilai tidak akan terlalu berimbas pada harga sektor pangan dalam negeri.
Ekonom Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia Fajar B. Hirawan menyatakan, dampak pelemahan ini tidak akan berimbas secara signifikan terhadap harga-harga bahan pokok secara umum.
Baca Juga: INDEF: Pelebaran defisit APBN tak perlu hingga 5% dari PDB
Menurutnya, kalaupun ada perubahan harga pada bahan pangan, maka itu disebabkan oleh tingginya permintaan dan juga gangguan logistik di dalam negeri.
"Untuk harga bahan pokok atau pangan secara umum, saya rasa tidak akan ada dampak yang cukup berarti. Kenaikan harga justru lebih disebabkan oleh tingginya permintaan akibat rush atau panic buying yang terjadi, ditambah gangguan transportasi atau logistik antar daerah di dalam negeri," ujar Fajar kepada Kontan.co.id, Selasa (24/3).
Fajar menjelaskan, pelemahan nilai tukar hanya akan berpengaruh pada harga dari beberapa bahan pangan yang masih mengandalkan impor, seperti bawang putih, kedelai, dan beberapa komoditas lainnya.
Pasalnya, pelemahan nilai rupiah akan membuat nilai impor menjadi mahal. Selain itu, perubahan harga beberapa komoditas pangan ini akan didukung oleh adanya gangguan lalu lintas perdagangan dunia akibat penyebaran virus corona.
Baca Juga: Ma'ruf Amin sebut pemerintah tengah kaji berbagai relaksasi bagi warga miskin
Namun demikian, Fajar menegaskan, hal yang perlu menjadi catatan adalah inflasi harga barang bergejolak, termasuk pangan, memang sudah mulai mengalami peningkatan sejak Juni 2019 lalu.