kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.917   13,00   0,08%
  • IDX 7.201   60,44   0,85%
  • KOMPAS100 1.107   12,17   1,11%
  • LQ45 879   12,50   1,44%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,62   1,49%
  • IDXHIDIV20 541   6,13   1,15%
  • IDX80 127   1,51   1,20%
  • IDXV30 134   0,46   0,35%
  • IDXQ30 149   1,78   1,20%

Cuan properti terintegrasi transportasi massal


Kamis, 06 April 2017 / 13:08 WIB
Cuan properti terintegrasi transportasi massal


Reporter: Tantyo Prasetya | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Proyek properti hunian terintegrasi transportasi masal atau transit oriented development (TOD) kian marak. Kondisi ini menjadi angin segar bagi investor yang mengincar properti sebagai keranjang investasi.

Betapa tidak, ada proyek apartemen terintegrasi dengan transportasi masal seperti dekat stasiun kereta komuter dijual Rp 200 juta per unit. Salah satu pengembang yang akan mencuatkan proyek TOD dalam waktu dekat Perum Perumnas.

Perumnas kini tengah menggarap proyek hunian vertikal di tiga lokasi stasiun kereta komuter yakni: di Tanjung Barat dan Pondok Cina dan Palmerah. "Lokasinya bagus dan harga murah," ujat Muhammad Nawir, Direktur Pemasaran Perum Perumnas ke KONTAN, Selasa (4/4).

Proyek ini menyasar kalangan menengah bawah alias proyek rumah susun sederhana milik (rusunami). Kalaupun Anda membeli dan ingin menjual lagi, harus menunggu paling lama 5 tahun. "Pemerintah tengah menyusun aturan jual beli ini," ujar Nawir.

Anda juga bisa membeli proyek di luar lokasi itu. PT Adhi Karya Tbk (ADHI) sedang membangun proyek serupa. Perusahaan ini tengah membangun enam proyek hunian jangkung berkonsep TOD di beberapa wilayah, seperti Ciracas, Bekasi, Cikokol, dan Bogor. Harganya Rp 600 juta sampai Rp 700 juta per unit.

Ki Syahgolang Permata, Sekretaris Perusahaan Adhi Karya, optimistis konsumen bakal melirik proyek ini. Ini berkaca dari pengalaman menggarap proyek hunian jangkung di Margonda Depok yang dekat dengan kampus dan stasiun kereta komuter.

Di harga perdana, proyek ini Rp 180 juta per unit. Setelah dua tahun masa pembangunan, harga proyek ini naik 2,5 kali menjadi Rp 450 juta.

Ferry Salanto, Senior Associate Director Colliers Indonesia mengaku belum bisa menghitung nilai investasi dari proyek properti berbasis transportasi. Infrastruktur dari proyek transportasi masal yang menjadi cantolan proyek itu belum rampung.

Tapi bila melihat tren kenaikan harga hunian saat kondisi ekonomi normal, harga proyek properti ini bisa naik 10%-15% per tahun. Tapi bila transportasi massal beroperasi, proyek properti berbasis TOD seperti milik Adhi Karya, kenaikan harganya bisa bisa tiga sampai lima kali lipat.

Dalam risetnya. Jones Lang LaSalle Indonesia menyebut, proyek apartemen dekat dengan transportasi massal, seperti di pinggiran Jakarta bakal kena imbas positif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×